Rabu, 08 Desember 2010

jilbab aneh

Aku hanya coba bereksperimen dengan model jilbab. Aku tidak tahu disebut gaya berjilbab apa itu.. tapi aku sendiri bilang, "ini model arab". Sayangnya, berjilbab dengan tidak biasa, justru membuatku merasa seperti bukan WNI. Tapi well, sepertinya aku akan mencoba lagi kapan-kapan kalo' lagi freak, iseng. Eksperimen yang justru membuatku tidak sengaja bertemu beberapa orang yang kukenal dan menatapku aneh. Sayang belum kufoto, entar deh jika ada sesi kedua pemasangan jilbab model arab lagi. Sebenarnya lazim sih, namun bentuk mukaku menjadi aneh.. cukup komentar 'asem' mbak kosku satu ini jadi faktor penghambat trend jilbab arab:

Nut: "mukaku lucu ya?"
Mbak Sup: "lucu kok."
Nut: sigh* --menghembuskan napas lega--
Mbak Sup: "tapi kaya' kentang. xixixixixi!!"
Nut: Gleks!* --membayangkan kentang ukuran besar, lonjong, dan asimetris. lalu melepas jilbab dengan rasa jengkel--
Nut: "Huh!" *tiba-tiba takjub sendiri mendapati muka yang berbeda di cermin kamar mbak Sup.
Nut: "Eh, mukaku beda banget ya mbak kalo' ga pake jilbab.."
Mbak. Sup: "Ho 'oh beda."
Nut: "Woo.. " *sumringah.
Mbak Sup: "Mukamu kaya' anak cowok kalo gini, buawakakakkakak"
Nut: -__-" (Mbak kos yang kadang tidak bisa diandalkan untuk berkomentar.)

Minggu, 05 Desember 2010

piranti krusial datang

Hore!
Modemku datang. Salah satu komponen utama bagi seorang mahasiswa adalah modem.
Mahasiswa masa kini yang tidak bisa lepas begitu saja oleh aktivitas online dan online.


Modem yang ketinggalan pun akhirnya datang juga, menempuh perjalanannya sendiri yang tak dapat diketahui empunya secara pasti. Berharap tidak seperti kejadian tempo lalu saat pulang ke Jogja. Horror.


Tenang-tenang, akan aku ceritakan nanti..

Namun sebelumnya, aku mendapati paketku sangat mengejutkan isinya. Sebuah amplop coklat dengan alamat yang telah kukenal. Segera kusobek ujung amplop yang terisolasi. Lalu aku menemukan kotak rokok Gudang Garam gara di dalamnya. Speechless.


Mahasiswi diperbolehkan merokok oleh orangtuanya!


Begitu bayanganku selintas mendapati kotak rokok yang berat tersebut. Dan lagi-lagi terisolasi ulang. Di dalamnya alih-alih selusin batang rokok, yang ada adalah modem berlapis tisu berisolasi seperti mumi. Alangkah malang nian nasibmu Nak Modeem!

Jadi, well, modem adalah benda berharga yang harus mendapatkan proteksi ganda berlapis lapis untuk sampai selamat di kamar tercinta.


Welcome.. Timo darling...!
Timo: nama modemku
Epsonia: nama printerku, dia feminin, pernah ga' sengaja nelan jarum pentul. Sudah menjalani operasi usus buntu 3 kali.
Acerio: nama laptopku, dia cakep lho.. tapi sering ngambek. Dia kekasihku sepanjang masa. Sebagian besar nyawaku dia yang nyimpan. *kecuali sih aku beli HD eksternal, haha, mungkin bakal aku pensiunin dia. Telah mengalami gegar-wajah-lcd sih..

Malming nganggur = celoteh panjang

Sudahkah anda mencuci kaki dan tangan untuk beranjak naik ke ranjang yang nyaman?
Oh, meen! this is weekend, satnight, dan tidak ada dalam kamus mahasiswa zaman sekarang tidur sore (pukul sepuluh malam, sore eh?). Apalagi buat mbejog. \m/.
No, no, no. Bukan malam minggu aja jarang sekali tidur sore, apalagi malam minggu. Tidak ada alasan bahkan ketika kamu harus habiskan malam ramai ini dengan kebisuan total di kamar orang.

Dan aku kali ini menikmati malam di kamar mbak Sup dengan sangat damai. Anehnya, mbak Sup tidak tidur mendengkur padahal totally dia tewas, tepar gara-gara aktivitas 24 jam nonstop gilanya.

Sabtu beranjak siang..
Nut: "wew!" melongok ke dalam kamarnya, mendapati sosok itu beku di depan laptop dengan mengenakan sweater hangat coklat.
Mbak Sup: *menoleh secara sarkas seperti vampire dengan kantong mata tebal dan wajah pucat nian.
"Aku-belum-tidur-sejak-semalam"
Nut: "Hooo?!" *jarang-jarang Mbak Sup kuat begadang.
Mbak Sup: "aku-nonton-seri-drama-jepang-udah-sebelas-jam-lebih".
Nut: Gleks!*

Alhasil, sekarang aku yang berdiam diri di kamarnya, di depan laptopnya untuk ber-blogging-ria. Tidak terlalu merasa terpuruk karena malam minggu yang garing dibasahi rintik hujan romantis di luar sana. Apalagi coba kalau bukan alasan minim budget untuk menikmati satnite ramai-ramai di jalan raya seperti pawai. Mungkin juga, kebanyakan cowok yang berpasangan pun lebih memilih acara Tumbuk-Laos-Oh-Indonesiaku seperti fenomena di warung kaki lima depan gang kos, daripada sibuk berkencan, memang.

Banyak 'Klik' 
Sabtu sore, melepaskan penat pun di depan televisi sambil berselonjor. Sibuk berkomentar layaknya pengamat intelek+begok untuk media massa yang satu ini bersama Tep.

Nut: "supernanny sangat lebai.... aku aja ga' pernah protes orangtuaku ga' peduli dengan PR-ku. Haha.."
Tep: "tapi anaknya mang kebangetan.."
 --flat--
  
Ganti channel, ada Sun Go Kong, si kera sakti di TPI MNCtv, sialnya remote kos ngadat. Naik ke atas meja, menghambur ke tivi secara manual balik ke channel-pernah-sengketa tersebut.
Nut: "nostalgia, ah..."
Tep: "Yeks. Ga' mutu.."

Ganti lagi, TVRI, ibu-ibu kasidahan.
Nut: *tampak sangat menikmati.
Tep: "seleramuuuuu..."
Nut: "Lho? kenapa? ini ingetin aku sama hajatan tetangga. Merakyat sekaleee.."
Tep: -Siiing-

Ganti lagi, National Geographics, yang sedang menayangkan suku pribumi-negro-asli di pedalaman Afrika --InsyaAllah--
Nut: "Wao!" *takjub. "Silau!" saat salah seorang penduduk setempat nyengir close up di layar tivi.
Tep: "Hei! ga' boleh rasis!"
Nut: "Bukaaan! justru rasanya terang banget hidup mereka. Tanpa pasta gigi, dan sekali senyum langsung kekontrasan yang ada membuatku merasa mereka sangat manusiawi.."
Tep: "Apa maksudmu?"
Nut: "bahkan kambing tumbal ritual mereka pun item. Untung lebih item dari mereka. Tsk..tsk..tsk.." *geleng-geleng kepala.
Tep: "Astagpirulohaladziim Nut" *gemar bertobat karena komentar temannya. \m/


Ganti lagi, Arirang, dengan grup vocal rombongan korea seperti biasa.
Nut: "Eh, itu personelnya T-Max nongol! dia pindah grup po?" *nada sotoy.
Tep: "Pasti nggak! salah liat!" *tidak rela.
Nut: "Nggak mungkin. itu dia! apal banget aku!"
Tep: "Bukan! ganti! ganti! lupakan..! pasti bukan anak T-max."
 Ngalah, karena Tep lebih tahu seputar Korea-Jepang. 

Ganti lagi hingga ke Insert Investigasi. Salah satu investigasi paling tidak bermutu di dunia.
Selama setengah jam mengkritik habis-habisan tayangan tersebut. Isu yang diangkat tentang bentuk awan-awan yang mistis, serta alien.
ALIEN.
Dan komentatornya bolak balik,
Chelsea Olivia, Glenn Alinsky, Yuri Kato, dan Artis blasteran entah siapa.


Nut: "ini program, pasti lagi ga' ada gosip hot yang bisa dibahas."
Tep: "Bener..  liat tuh background ruang komentatornya sama."
Nut: "males tuh wartawannya.. pasti di satu lokasi syuting.."
Tep: "Nggak penting".
Nut: "Iya, artis kok dimintai pendapat soal awan dan alien.."


Chelsea:  "menurut aku, yah Amerika itu kan negara yang udah maju banget kan? teknologinya canggih. Bagus sih kalo' mereka bisa menemukan kehidupan lain selain manusia di bumi. Kalo' Indonesia aku rasa belum nyampe ya..." *dengan intonasi profesional seperti Mr. Surono.

Nut: "iya, belom nyampe nemu Alien. Kerjaan masih nyampe Cinta Fitri season berapa... seharusnya mereka itu ditanya soal prediksi dan sudut pandang kesinetronan bukan alien.."

Setelah puas membantai tivi di ruang tengah, aku dan Tep beralih ke kamar. Kami membahas tentang apa pun. Dari bagaimana cara membuat hiasan dari kain flanel hingga artikel Alasan Cowok Putusin Kamu di salah satu majalah cewek.

Tep: "Pertama Dandan kelamaan.." *membaca potongan faktor begok tersebut. "Tuuuuuh, kamu banget dah Nut!"
Nut: "Emang aku dandan?" *masang muka innocent.
Tep: "Ga' juga. Tapi kamu selalu mepet! buat banyak cowok menunggu!"
Nut: "Hehe.. lanjut..."
Tep: "Kedua Jarang mandi.."
Nut: "Nah itu kamuuuuuu! Ahahahaha!"
Tep: "Ga' ah! ga' logis! *menggerutu,  "biasa aja kali kalo' jarang mandi. Masa' mpe diputus."
Nut: "Yee.. gilirannya ga' terima...." 
 
 Lalu beralih ke kamar Tep. Kami berdua berdiri di depan pintunya seperti dua orang filsuf. Serius berpikir bagaimana hiasan kayu bertuliskan NICOLE bisa terlepas dari sana. Hiasan peninggalan penghuni kamar sebelumnya itu membuat Tep sering diledek teman-temannya.

Tep: "Aku ke atas dulu yaa, mau ambil tas di kamarku.."
Temannya: "Ihh.. itu kan bukan kamarmu. Itu kamar Nicole.." *nada sarkas.
Tep: *Gleks!

Akhirnya Tep mulai berusaha mencabut huruf-hurufnya. Dan aku sebagai asisten sorak-sorai-penyemangatnya.

NICOLE
-E
("Yee! berhasil")
-L
("Semangat Tep!")
dan "O" mengalami kesusahan melepaskan diri.
NICO
("Yeeey! setidaknya namamu Nico sekarang. Kereen... kamu cowok!)
Tidak terima, Tep ngotot melepas -O
NIC
("Wooo! Cool.. Nic.. tambahin jadi Nickname: Tep.. Hoaa!")
Dengan semakin tidak sabar dan brutal Tep menarik papan nama tersebut.
LEPAS.
Seperti keajaiban tahun ini, karena betapa rekat hiasan tesrebut menempel seperti kutukan.

"Akhirnya..!" Tep mengusap peluh. Lalu berjoget, bergoyang goyang dengan rambut dimirip miripkan iklan shampoo lifebuoy..
Ia tampak sangat senang atas keberhasilannya. Dengan semangat membuang papan nama tersebut. Aku pun ikut melompat-lompat dan berjoget ala chibi maruko chan.

"Yang namanya udah lepas jadi LEO, nama cowoknya temenku di kampus. Ah aku sms ah.. besok aku beriin ke dia aja."

--*takjub, alangkah kreatifnya temanku satu ini
--
Lalu giliranku memaksanya menggotong meja di ruang tengah masuk kamarku. Yang sebelumnya aku diam-diam telah mencuri kursi cuci baju untuk acara mengganti lampu yang gagal sejak kemarin.
Nut: "Astaga! kamarku mirip ruang tamu!"
Tep: ---Siiiiiing---
Nut: "Ngomong-ngomong, aku merasa seperti wanita perkasa" *sambil jinjit dan membalut lampu dengan jilbab saking takutnya kesetrum.
Tep: "Ishh! bukan saatnya komen!" *sedari tadi was-was akan kekuatan meja dan kursi yang tak sanggup menopang berat badanku.
Nut: "Tapi.. lebih perkasaan kamu sih. Haha.. adegan cabut papan yang sadis."
Tep: -______-" 

Andai saja, Phillips membuat lomba tulis pengalaman berkesan soal produknya, mungkin aku bisa saja menang..

...Naik ke atas, dengan meja dan kursi yang ditumpuk, akhirnya kugapai lampu lama dan diganti dengan yang lebih bersinar cemerlang. Untuk otak yang lebih cemerlang, tajam, dan cadas. Hahaha.. salahkan lampu kamar --karena bukan phillips sih-- jika sebelumnya otakku butek, lamban, bahkan begok.
Dan akhirnya malam ini TARAA!!!
Enlightment
Terang Benderang.

Dan terakhir, malam ini ditutup dengan chat pendek-aneh dengan bibi.

 
lovegoodhermione: lgi lemot iki
rattanbay: Koneksi dungu
lovegoodhermione: iyoo
 rattanbay: Eh, terus aku karo mbahmu foto karo bencong.. Hihihi...~ nancy
lovegoodhermione: oooh..

Lalu sebagai keponakan yang baik aku mepromosikan blog lajang-menikah yang sangat cocok untuk asupan gizinya. Promosi panjang lebar setelah dia antusia tanya tentang blogku.

Blablablabla.... 

Respon finally:
 rattanbay: Hmm... Tak nonton harry potter sek..

---Siiiing-- 

lovegoodhermione: gelodak! *LOL.  aku wes nonton lho...
rattanbay: Loh, aku nonton ndek trans tv iki
lovegoodhermione: ealaaa. ck3.
rattanbay: Lek sing paling anyar aku wes nonton
lovegoodhermione: ho' o apik
rattanbay: Hermione ayu pol!
lovegoodhermione:
itu kan akyuuu..! ahahahaha *icon kacamata hitam. 

Tidak ditanggapi, mungkin telah maklum dan terbiasa. 
 
rattanbay: I love the way she dress up
lovegoodhermione: thanks atas pujiannya.Hoho. Sponsorku didukung Burberry dkk lhoo..
rattanbay: Iyo, jaket2nya luar biasa kerrrreeeeeennnnn...

rattanbay sudah sign out. (12/4/2010 10:37 PM)


--flat-- 

Aku dan Malming awal Desember = Menyampah di Blog.
\m/


 
 
 

Kamis, 02 Desember 2010

Dilema tidak penting

Di tengah rasa perut yang bergejolak, sulit dibedakan antara perih maag atau 'dilepen' karena tamu yang invasi mendadak, aku justru beritikad menulis. *dasar mbejog. Padahal, jauh-jauh hari aku absen dari dunia konyol ini. Lebih banyak terperangkap oleh mendung dan hujan dan lahar Code. Oke, oke, tidak sampai membuat kos banjir. Hanya saja.. akhir-akhir ini kamarku lebih menyerupai kapal Titanic. Sure, it was a cool view.

Lalu, sore sampai malam ini aku berdiam di sudut cafe mungil, tempat kerja rekan seperjuangan menulis berita. Yap, deadline reportase menyebabkan pengambilan keputusan strategis nan bego' untuk mempertahankan segala keeksistensian aneka macam menulis.

Ada kursi oranye nyaman.
Ada sepiring pancake cappucino dan segelas jus pisang.
Ada fasilitas wifi.
Ada full music menye-menye --oke, ga' semuanya sih--
Ada rekan kerja si Zud, yang mempunyai vitalitas tinggi seorang reporter, aplaus.


Tetapi, akhirnya tetap saja, aku-anak-Indonesia-asli. Tidak bisa bertahan tanpa nasi. Kurasa, ini maag deh.. perih minta ampun. Setelah dilema, apakah nyeri perut akhirnya divonis maag atau 'dilep', sekali lagi meneguk sirup berhias lambung pink yang so sweet. --Aku kira aku sangat berbakat menjadi bintang iklan sirup maag gratis ini dari klinik kampus--

Dan membayangkan seseorang akan bersikap 'jutek' lagi jika mengetahui seorang 'mbejog' suka menelan obat lebih dari dosis yang ada karena rasanya yang enak. 

Namun dilema terparah seringkali aku alami untuk memilih sesuatu yang sepele. Seperti malam ini, bingung memilah notes yang akan aku beli. Perlu diketahui, mahasiswi-jarang-mencatat ini sangat menggilai notes yang lucu-lucu gambarnya. Tapi akhir-akhir buku-buku note tersebut selalu berakhir mengenaskan.

  • Note bersampul kain batik: hari pertama= tulisan warna warni kecil-kecil, sepuluh hari kemudian= sumpah serapah.
  • Note blaster pelangi tebal: hari pertama = jadwal kuliah, dua minggu selanjutnya = lenyap karena kepikunan.
  • Note 30 macam gambar made in korea = hari pertama: niat untuk mencatat mata kuliah, selanjutnya belum 24 jam telah berganti fungsi menjadi catatan travelling melankolis.

Huft.. dan tidak kapok. Merasa tengah semester ganjil ini masih harus diawali dengan buku baru.
 Jadi, tidak sengaja menemukan notes mungil-mungil di rak toko girlie. Dan mataku serasa tidak mau beranjak dan ku t'lah jatuh cinta. \m/

Dilema terjadi: 
Ada satu lusin kali aku membolak balik aneka notes, mempertimbangkan cover, tampilan dalam halamannya, kertasnya, ukurannya, teksturnya, hingga gaya ilustratornya mendesain gambarnya.
Kebingungan terjadi tatkala, ada dua notes tambatan hati, dan dilarang mendua untuk apa pun urusan.

1. Note bercover polos putih dan gadis memegang balon simpel unik, namun hiasan dalamnya terlalu ramai. Nantinya akan mengganggu acara menulis misal: Eksistensi Tek (ketabrak gambar babi merah) Nologi dan .... *ah, ga' intelek kesannya.
2. Note bercover tulisan bijak, seperti inspiring your life... dsb, namun di dalamnya, hiasan sudut kertas sangat natural cocok untuk tulisan ekspresif dan cakar ayam.


Dilema akan tampak norak jika diperhatikan mbak-mbak penjaga tokonya terus menerus. Membuatku susah konsentrasi menuruti naluri. Dan teringat acara shopping dua bulan yang lalu. Sahabatku, si Donn hingga geleng-geleng kepala lalu frustrasi karena proses penyeleksian high heels mendapat tantangan dilematis yang akut.

Antara high heels warna peach simpel dan high heels  warna peach coklat temali elegan.


Nut: Hadoooh! Yang mana ini? semua bagus... mana yang lebih seksi Donn di kakiku.." *sambil memiringkan tumit dan mata kaki.
Donn: "Dua duanya deh, beli semuanya sonoo.."
Nut: "Ga' mau! poligami dong!"
Donn: *Grrr... "Apa hubungannya coba?"
Nut: "Memilih sepatu itu layaknya memilih calon suami" *mulai ngelantur, duduk di sebelah Donn sambil menepuk bahunya. "Gini yah, kamu pilih mana, cowok A yang apa adanya namun cukup protektif ke kamu, tapi kamu nyaman dikekang dia.. atau cowok B, yang keren, karismatik, namun ia terlalu bebasin kamu berbuat apa pun. Selalu terserah kamu.."
Donn: Siiing* melirik kanan kiri, berharap pramuniaga bagian sepatu wanita tidak mendengar ceramah Nut.
Nut: "Jadi.. ni yang kiri, si cowok A, terus yang kanan si cowok B, kalo' kamu jadi aku pilih mana Donn?"
Donn: "Hm.. yang kiri mang pas banget, tapi yang kanan feminin manis gitu.. aneh ya.. apa boleh buat, cuman ada ukuran itu kan? 38?"
Nut: "Hoaah! yang kiri 38, yang kanan 39.."
Donn: *Gubrak! "Jadi dari tadi.."
Nut: *Nyengir innocent.
Donn: "Dodol! pantes beda! Udah! cepat bayar yang cowok A! *Kalap.


Dan kesimpulan hari ini: akhirnya membeli note yang bertemakan Pinokio. Entah Mengapa. Di toko tadi, si Pinokio membius, di cafe ini.. Pinokio terasa berhasil menipuku. Tapi at least, ini bukan pilihan yang buruk kok. :P


Yang penting tidak menyesal seperti adegan-tas-sial tiga bulan yang lalu. Saat itu di swalayan, seorang diri aku menemukan TAS KEREN, seharga 14.500. Sumprit! saking tak percayanya, aku melongo lebar. Mangap, meneliti per sudut tas. AKU TIDAK MAU DITIPU. Cek harga setengah lusin kali, itung angka nolnya. Dan bayangin akan aku pakai kemana tas itu. Luar Biasa. Namun sementara, aku berpaling, niat 5 menit lagi balik, dan ingin menengok koleksi barang yang lain.

Sepuluh menit kemudian: TEWAS.

Dua orang mbak-mbak berdialog mengenai ketidakpercayaan terhadap harga sebuah tas dan dengan pedenya nyelonong di depan hidungku, untuk segera membayarnya ke kasir.

Broken Heart Parade!
Lagu Good Charlotte menendang nendang ulu hatiku.
Arggghhh!
It's Mine! MINE!
Ingin kucekik mbak penyerobot klaim tas murah itu. Namun, well, pulang tertunduk lesu. Menatap nanar harta karun tersebut.


DILEMA DAN KETIDAKPERCAYAAN ITU MENYERAMKAN KAWAN.






Sabtu, 13 November 2010

Derita Operator T_T

Aku tidak tahu ini hanya sebuah kebetulan atau ada maksud laten tentang dimana aku tinggal. Evakuasi dari Merapi pun berujung pada aku harus 'bertahan' di kota lumpur. Aku tidak tahu mana yang lebih baik untuk disyukuri, --keduanya mungkin? *idiot question--namun jika boleh memilih, aku ingin tinggal di Jogja hingga waktu yang sangat lama di sana.

God, save my beloved city.

Bukan berarti aku tidak menyayangi 'hot-mud-town', namun banyak hal di sini yang membuatku berpikir ulang, bahwa faktanya toh aku rela rumahku direndam lumpur, dan situs bersejarah masa kecilku hilang (SD, Masjid, halaman rumah tetangga..), namun sekali lagi, terima nasib sajalah.. empat tahun, kami yang masih bisa survive di daerah danau lumpur, merasa dibunuh perlahan oleh korporasi mega raksasa Bakriyeee Pooreper.
Lucunya, beberapa hal ajaib aku temui tatkala bertugas menjadi operator warnet. Takjub, Jogja pun bahkan kalah aneh menyangkut beberapa penghuni eksentriknya.

Seperti sosok perlente dan necis yang datang di suatu siang yang panas. Seorang mas-mas bercelana kain rapi, berkemeja merah tua dan bersweater di tengah hangatnya cuaca. Dia berkacamata, bersepatu pantofel mengkilap, dan rambutnya disisir rapi klimis. Sekilas, mirip mahasiswa S2. Not bad.. batin operator.

Mr.Who: "Mbak, mau nge-print"
Nut: "Yap.." *menunggu Mr.Who mengulurkan flashdisk dengan sopan.
Mr. Who: *malah keluarkan map merah. "Bisa jadi sekarang kan Mbak?"
Nut: *mengangguk, tiba-tiba merasa curiga.
Mr. Who: "Satu lembar aja kok Mbak, saya tunggu.."
Nut: "Eh..? maksudnya ngetik Mas?"
Mr. Who: "Iya.."
Nut: *menimbang, selembar ketikan tidak akan mengusiknya menikmati akses wifi.
"Oke, mana yang mau diketik?"
Mr. Who: "Ini, gambarnya aja  Mbak.."
Nut: "...............-__-..............." 
Fakta Mr. Who Buta Teknologi Tingkat Parah Stadium Empat.
Nut: "Itu discan namanya Mas, bukan diketik ato diprint. Maaf, scannernya rusak."
Mr. Who: "Lho? Kok ga' bisa? tadi katanya bisa?!!"
Nut: "Itu di-scan, bukan diketik.. maaf alatnya rusak..." *berhasrat melempar objek berat.
Dan dilihat dari gambar yang ada, sepertinya Mr. Who merupakan sales mesin pompa air.

Ditambah lagi kemalangan yang menimpa jika gerombolan 'bolang' atau anak-anak SMP datang bagai gemuruh wedhus gembel. Entah mengapa, mereka sangat ajaib. Menyuruh operator keren seperti ini untuk mengetik dan mentranslate kata pengantar, mengedit surat, memberi gambar, dan mencari gambar siklus metamorfosis kecoak.
Manfaat: Baru sadar bahasa Inggris-nya Kecoak = Cockroach

Hal tersial: bertemu geng pelanggan cerewet (*bocah SMP) yang aku yakini mereka akan menjelma menjadi ibu-ibu RT penggosip lima belas tahun ke depan.

Hal terlaten: bocah empat tahun sepertinya naksir saya, dari tadi sibuk pdkt, *bukan pedophilia.
Hal terkeren: ruangan penuh dengan lagunya Frau (ahahahaha, kapan lagi lagu elite gini diputar di sini? yang biasanya dipenuhi lagu menye-menye, band-band teri, dang dut, 80'an, atau sholawatan.

Dan yang menjengkelkan, baru saja, seorang bapak-bapak berkaos putih bermotor matik putih menghambat blogging saya.
Mr. White: "Mbak, tolong buatin kaya' gini tapi seukuran kotak ini"
Nut: "Eh..?" *takjub lagi, masih ada saja kerjaan luar biasa di jasa internet 2010.
Mr. White keluarkan secarik kertas bergambar kotak persegi mungil bertuliskan TUD = Tidak Untuk Dijual = Not For Sale dan keluarkan dari sakunya kotak rokok --lagi-lagi berwarna puth-- sambil menunjuk kotak kecil di belakangnya yang bertulis = Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, blablablabla.. Impoten!

Jadi, ditemani sang Bapaknya-entah-siapa, aku rela membuat berpuluh-puluh kotak *copy paste dengan lapang dada karena mengingat telah habiskan: 1. soft drink 2. kacang Sukro 3. es doger 4. Semangkuk bakso.
Mr. White: "Mbak, tolong dimepetin.. ya, gitu, yak.. bener, itu kurang tebel garisnya, sebaris ada empat ya Mbak, nah itu, yak kecilin, selembar ada berapa kotak Mbak?" *sambil menempelkan kotak bungkus rokok ke monitor, mengukur kotak TUD. 
Rasanya mau muntah dan kepala berputar-putar membaca begitu banyaknya deretan TUD TUD TUD TUD. Gyaaaaa! *tidak ingin mendapat mimpi buruk berjudul NUT = NOT FOR SALE nanti malam.
Nut: gleks!* garuk-garuk kepala disuruh menghitung berapa kali berapa kotak.
Mr. White: "Kalo' ga' bisa diitung ya sudah Mbak ga usah.."
Nut: "Siiiiing"* tertusuk tiga pedang.

Selanjutnya, merasa suasana kurang kondusif, sebagai customer service yang baik aku pun mengajaknya bercakap-cakap.
Nut: "Emang buat apaan ya Pak, kotak-kotaknya?"
Mr. White: "Yaaah.. untuk tidak dijual."
Nut: "Mm.. barangnya apaan Pak?"
Mr. White: "Yang jelas bukan barang haram.. Bener kan? Hahahahaha..."
Nut: Gleks!* "Betuul..." *berhasrat menirukan Ipin. Atau setidaknya mengoyak daging sang bapak seperti predator. Karena merasa dibegokin berkali-kali.


Selanjutnya, tidak ada masalah yang berarti kecuali entah-efek-lumpur-atau-tidak, para peminta-minta serta pengamen bertindak dan berkostum sangat aneh.
1. Bapak-bapak peminta sumbangan dengan buku agenda panjang, memaksakan kehendak, ngotot minta duit dengan muka geram. *serem sendiri.
2. Kakek-kakek pengamen yang nyentrik abis. Ia datang meniup semacam seruling dari semacam aneka sedotan, berkostum mirip jas lab putih-lusuh panjang berserta celana putih kain semata kaki. *mirip kostum perawat rumah sakit. Kakek itu mengenakan ikat kepala dan tas ransel dari kresek hitam. *trendsetter akhir tahun 2010. Jujur, tampak sangat matching dengan kehidupan di sini.
3. Dan yang paling membuat aku melongo ria, adalah seorang pengamen jalanan, tidak diketahui jenis kelaminnya. Tinggi, tegap, perut membuncit, kostum loreng-loreng bentol-bentol hitam: perpaduan antara zebra dan anjing dalmation. Membawa kotak speaker mungil. Dan kenapa dia misterius: 
DIA MENGENAKAN TOPENG ALIEN BERWARNA PINK.
*shocked and speechless. Jujur, takjub campur ngiri dia beli dimana topeng itu.
Atau jangan-jangan.... Pengamen itu benar-benar Alien??
*Sumpah, kalo aku Bupati, aku akan beri dia penghargaan "The Best Dresscode at Hot Mud Town."

Jumat, 12 November 2010

'Aneh' itu sebaiknya dilegitimasi dan dilegalisasi...

Sejauh ini menurutku, Nut itu.. tidak aneh-aneh amat. Tapi menurut teman-teman anehku pun, aku aneh. Apa seaneh itu? Aku rasa, tidak.

Perilaku aneh seringkali berjalan normal bagiku, seperti:

--Main keyboard di kamar Mbak kos--

Awalnya semangat sekali mempelajari not-not dan tangga nada sebuah lagu. Lama-lama hanya mainkan not-not lagu yang telah hapal di luar kepala, yaitu:

1. Are you sleeping?
2. 17 Agustus
3. Ibu Kita Kartini

Dan beberapa baris not lagu nasional.

Kemudian mencoba menggubah lagu, yang melodinya sangat tidak umum alias asal mencet tuts.

Nut: "keren gaaa' permainan keyboard-ku?"
M.Sup: "Ora cetho blas".
Nut: Jleb!* Tertusuk tiga pedang.

Tapi yang paling parah adalah gagasan brilian di tengah keputus-asaan bermain alat musik tanpa bakat.

Nut: "Mbak Sup, main keyboard sama dahi belum ada kaan?"
M.Sup: Siiing*
Nut menundukkan kepala kecewa hingga dahinya menekan tuts tuts keyboard.

Nut: "Mbak Suuup, gimana kalo aku ikutan IMB? belum ada bakat main keyboard ma dahi kan kontestannya?"
M.Sup: SIIIING*
Nut: "Hm... Ga' jadi deeh," berpikir ulang bayangin dahinya membentuk tuts-tuts keyboard, dan cairan dari jerawatnya mengotori tuts tuts keyboard... *yeiks.

Lalu kemarin lusa ia kembali diingatkan Yoah tentang betapa anehnya dia, hanya karena obrolan-begok:

Nut: "Pengen kunang-kunang..."
Yoah: "Mulai keluar anehnya, habis ini pasti ada lanjutannya..."
Nut: "Pengen sandal jepit bakar..."
Yoah: "Tuh kaaaan...! Emang ga' pernah liat po?" *menuding sambil takjub.
Nut: "Lupa, ga' pernah kayaknya.. sapa tau kunang-kunang itu kaya' peri hutan. Punya sayap ijo nyala atau kuning nyala.. kamu pernah?"
Yoah: "Khayalanmu Nakkkk! Dulu sering. Sudah pensiun saya dari jabatan ketua bolang. Dulu masih suka kabur dari penggajian malam-malam buat cari jangkrik di sawah sama sering liat kunang-kunang."
Nut: "Oooh, pasti kamu cakep dulu."
Yoah: "Astagpirulooh! kok bisa?"
Nut: "Kan di sawah tuh, gelap-gelap. Jadi mukamu ga' jelas. Terus kena cahaya kunang-kunang, jadi berefek 'cool' gitu."
Yoah: "Buahahahahaha. Edan, edan, edaaan."
Nut: "Jadi pengen buat dongeng. Kamu cerita aja masa kecilmu, ntar aku buatin dongeng judulnya 'Yoah si Gembil'... ceritanya ntar kamu diculik alien yang nyamar jadi kunang-kunang terus dipaksa kerja dipabrik rokok buat amunisi bakar hutan. Terus peri-perinya jadi sediiih..."
Yoah: "Edyaaaaan! ckckck, kok masih ada umat kaya' gini duh Gusti..." *berniat tobat habis ini.

Sampai akhirnya Yoah mengirim sinyal:
#nyerah, mengibarkan bendera putih... heran, melongo, melototin orang.
Ia pun berniat menganugerahi Nut piala ratu teraneh seduniaa!!!
Yang hendak dianugerahi pun usul harus ada red carpet diiringi marching band UGM. 

Karena bukti-bukti otentik berikut:
1. Nut suka membayangkan wajah orang dengan makanan, seperti sushi dan udang secara refleks karena kaitan irasional.
2. Nut suka ngidam yang aneh-aneh, misal malam malam pengen tidur di Transjogja.
3. Nut suka mendadak tanya sok filsuf.
4. Nut membuat password sekarang untuk agen KOAP (kumpulan orang aneh dan pekok), ia curiga agen mata mata dari planet chobby-chobby ---*seperti obama---akan menyamar jadi sahabatnya.
5. Nut suka sekali menyalahkan hormon wanita atas kejanggalannya.

Nut: "mulai sekarang kalo' melapor passwordnya gink-gonk gink-gonk"
Agen2: "Siaaap!"
Nut: "Coba tes!"
Agen 2: "Gink... gonk, gink.. gonk.."
Nut: "SALAH! Intonasinya salah, temponya cepat. Gink gonk gink gonk."
Agen 2: "er... artinya apaan emang?"
Nut: "Ga' ada. hahahahaha!" *ngakak sendiri.
Agen 2: Siiiiing*

Lama-lama, wabah 'aneh' pun menyebar secara perlahan namun pasti.... *menyeramkan.



Selasa, 09 November 2010

Adik-yang-Aneh


9 November 2010
...Anehnya, setelah ponsel sempat mencelup ke piring berisi kuah soto, adekku datang. Cowok, tinggi sepadan dengan kurusnya, kulit mengcoklat sekarang, dan rambut legam lurus. Dia datang dan langsung bertanya pertanyaan yang sangat menohok.
Jir: “Mbak, kamu katanya habis ulangan ya?”
Nut: “Eh?” –mikir, bagaimana anak ini bisa tahu jadwal kuliahku di Jogja? Tapi rasanya tetap saja aneh mendengar kata “ulangan”.
Jir: “Trus dapat berapa ulangannya sampean?
Nut: “Glek!” *tersedak sendok makan. Bayangan nilai UTS menari-nari di pelupuk mata. Dan sebagai kakak yang baik aku jujur. “Kayakna jelek deeeh..” *pipi merona, malu menunduk.
Jir: “Sama Mbak, aku juga jelek-jelek!” *nada over bangga.
Nut: “Glek!” *busyet nih bocah..
Jir: “tapi ada tiga yang bagus-bagus lho Mbak.. terbaik di kelas. Bahasa Inggris 95, Matematika 86, terus IPS.. 75”
Nut: "Bagus.. bagus.. tapi kok bisa? Yang jelek apa aja?”
Jir: “Banyaak...! bahasa Arab aku dapat empat lho! Mbak bisa bahasa arab ga’?”
Nut: “Er... bisa, bisa” sahutku berusaha tampak berwibawa. Maksudku, dari SD sampai Kuliah aku mengunyah bangku sekolah negeri, bukan sekolah islami seperti adik-adikku.
Jir: “Bahasa arabnya kursi apa sih?” *nada ngetes
Nut: “Kursiyuun” jawabku asal.
Jir: "Kalo' pensil?"
Nut: "Hm... paviliuuun."
Jir: Gleks!*
Kemudian adikku dengan senang hati membongkar 'aib'-nya. Bahasa daerah mendapat tiga, dan beberapa yang lain berkisar antara 4,5, dan 6.
Jir: "Malah Rarah dapat endhog* tiga hayooo!" (menyebut nilai *telur=nol temannya)
Nut: "Oh ya?"
Jir: "He-eh, cepet kaya dia Mbak, punya endhog banyak..."
Nut: *Siiiing!
Adikku yang satu ini memang sering membuat orang tersedak jika ia lontarkan ucapan kreatifnya. Pernah suatu ketika...
Jir: "Mum, kapan Mbak Nut nikah?"
Mum: *Gleks! "Kenapa emangnya Jir?"
Jir: "Yaah, pengen aja punya keponakan. Ibu gendong bayi udah mirip mbahnya.."
Mum: *Siiiing!
Nut: *mendelik, syok. \m/ (masih semester tiga, tolong Mbejog Ya Allah... ga' mau nikah muda!)
Tapi memang terkadang komentar-komentar aneh pun bersahutan di rumah.
Nut: *tiba-tiba ngakak baca sms teman.
Sms itu berbunyi:
Yoah > kamu kenapa seh Nut? *protes karena Nut mendadak mengeluarkan pertanyaan brilian bertemakan jati diri, Tuhan, dan hambaNya. --filsafat tinggi--
Nut > ga' papa. Salahkan hormon.
Yoah > daritadi salahkan hormon muluu..
Nut > kamu cemasin aku po?
Yoah > Lha gimana kalo' kamu bunuh diri? trus jadi arwah penasaran datangi aku?
Saat aku ngakak itu-lah, adekku yang bungsu terpana, karena bebeapa menit sebelumnya aku luar biasa manyun dan suka berteriak gusar.
Ain: "Mbak Nut kenapa seeeh?" *nada lugu dan bingung.
Nut: "Hahahahahahahahaha!" *masih tertawa aneh.
Iqo: "Mbakmu terkena... gangguan kejiwaan! *nada sarkatis, ucapan adik pertamaku yang sedang berkutat dengan macam-macam enzim kepada adik bungsuku yang masih kelas A TK.
Dan tadi siang Ain menemaniku di rumah setelah pulang sekolah. Ia sangat suka menggambar dan mewarnai. Alhasil dinding kamar jadi korban. Dan aku selalu takjub dengan gambarnya, mulai dari robot, monster kentang, dan monster ular.
Nut: "In.. kamu kalo' udah gede mau jadi apa?" *pertanyaan klise orang dewasa.
Ain: "Hm.. ga' tau." *sibuk mewarnai LKS nya.
Nut: "Dokter?" *usulan sangat kliseeeee.
Ain: "Polisi aja..."
Nut: "Kenapa polisi? arsitek ajaa..." *lupa memakai istilah asing untuk anak TK.
Ain: "Ga' deh.. ga' deh.. aku mau jadi Mbah Surip!"
Nut: *Gleks!
Ain: "Biar bisa digendong kemana-mana..." *mulai menyanyi.
Nut: "Siiing*

Semakin lama, generasi muda semakin aneh.

Weekend bareng Bibi


Serunya jika ke Surabaya, bibiku satu-satunya ini dengan senang hati pasti ngajak jalan-jalan, makan-makan, senang-senang. Oleh karena itu, satu alasan mengapa aku justru malas pulang ke rumah induk *anak durhaka, kata Tep.

Aku dan bibiku, pasangan yang sama sekali tidak mencitrakan diri sebagai bibi-keponakan ideal. Aku kadang terlihat lebih tua darinya, sedangkan dia tetap mungil-melajang. Tapi aku juga sering terlihat seperti anaknya, dan dia seperti nyonya bos yang galak.

Percakapan kami pun kadang sangat tidak wajar.

Bibi: "Jadi mulai sekarang kita harus gunakan kata sandi buat angkat telpon.. psst..psst"
Nut: "Kita mirip agen rahasia.."
Bibi: "Tambahkan kacamata.."

Pernah juga di chatting ia bertanya bagaimana mencalonkan diri sebagai pengganti Mbah Maridjan. Atau justru meributkan benda-benda kecil seperti: Dompet.

Bibi: "Eh lucu deh, Milk Teddy -nya, kaya' amplop, aku punya lhoo, yang Hello Kitty. Kadang aku bawa ke kantor."
Nut: "Oh..."
Bibi: "Mau dibeliin dompet? liat dulu dompetmu."
Nut: *keluarkan dompet usang mulai SMP yang didapat dari kado sang adik, yang bahkan perekat dompetnya telah diberi double tape.
Bibi: "Yeiks!"

Beberapa menit kemudian dilanjutkan dengan perdebatan-pertimbangan dompet mana yang bagus untuk dibeli.

Bibi: "Yang pink sweet.."
Nut: "Mbak, tolong dong liat yang biru, modelnya kaya' pink ini.."
Bibi: "Yang coklat ini elegaaan!"
Nut: "Ho-oh"
Bibi: "Yang putih ini kereeeen!"
Nut: "He-eh"
Bibi: "Ya ampyuun, bagus-bagus. Ah, jadi pengen beli sendiri. Sayang, huh! merek SMA.."
Nut: "Yeeee.."

Terjadi kebingungan dan perbedaan selera. Keponakan tetap bersikeras jatuh hati pada yang biru.

Bibi: "Hadeeeh, yang coklat aku eliminasi. Bagusan yang putih tauk, ih ni anak.. liat ya.." *memperagakan gaya nona-nona pembawa dompet, melambai, "Hai, keren kan?"
Begitu seterusnya, ia peragakan satu-satu cara etis membawa dompet yang menurutnya elegaaan. Pramuniaga pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, geli.

Keributan konyol pun masih terus berlanjut di rumah. Dompet biru yang sukses terbeli kini dikritisi Bibi dari segi teknis.

Bibi: "Nah lho... ini saling kancing dompetnya, jadi kebalik kalo di buka. Coba ya," *berikut dialog monolognya:

Bibi: "Mbak boleh lihat KTP nya" *adegan pura-pura ditilang.
Bibi: "Oh ya, sebentar Pak.." *berlagak membuka dompet dengan gaya pamer. "Lha? kebalik kan? maaf Pak, kebalik."

Dan aku pun ikut memeragakan, anehnya jika di tanganku, dompet saat dibuka tidak terbalik. *Sepertinya aku kidal \m/

Bibi: "Mbak boleh minta KTP nya sebentar?"
Nut: "Oke, bentar yaa.."
Bibi: "Ups! kebalik kan?"
Nut: "Nggak.."

Dan adegan seperti itu diulang-ulang (mungkin ada dua lusin kali) hingga perut kami sakit, kebanyakan ngakak. Gara-gara posisi pegang dompet saja dan cara membuka, kami lanjutkan adegan itu sampai di Citywalk, hang out bersama Mbak Hap, teman Bibi.

Bibi: "Hap, coba deh buka dompetnya, kebalik nggak?"
M. Hap: "Hah?"
Nut: "Iya, serius aneh. Bib tadi sama aku sibuk buka dompet.."
Bibi: "Peragain dong... aku yang tanya ya, 'Mbak, boleh lihat KTP-nya?"
M. Hap: "Hah?" *merasa sahabatnya semakin aneh.

Lalu aku teringat sesuatu, nyelutuk,

Nut: "Bib, liat Bebe-mu deh.. facebook maksudku."
Bibi: "Hah? kenapa?"
Nut: "Hihihi.. aku bajak tadi statusmu" *masang muka innocent.
Bibi: "Hah? apaaan?!!" *cepat-cepat ngecek Facebooknya.

Tertulis: "Pengen Dompet Pink *xixixixixi"
Like this dari Nut begok dan komentar dari salah satu temannya.

Bibi: "Argh!!!! aku ga pernah nulis status norak kayak gini. Argh!! apaan coba 'xixixixi', ih, aku ga' pernah ngetik ketawa menjijikkan gitu!"
Nut: "Keren tauk.... itu aja aku ketularan mbak kosku" *teringat mbak Sup.
Bibi: "Dasar abege! masa' nulis ketawa juga 'wkwkwkw', bacanya: waka waka waka kan? huh! aneeeeh sekali!"
Nut: *siiiing!
M. Hap: "Hahahaha.. kamu itu yang aneh Coph, bacanya wakakakakak *ngakak bukan waka waka waka liriknya world cup.."
Nut: "Yeee, itu status bajakan keren tauk. Status Mbak yang sebelumnya juga ababil."
Bibi: "Eh, ga' sopan! aku dibilang ABG labil Hap, argh!!!"
M.Hap: hanya bisa geleng-geleng kepala mendapati bibi-keponakan yang aneh.

Dan hari ini taraaaaaaaaa!! Bibi tercinta ulang tahun. Sebagai keponakan yang budiman aku pun langsung nge-wall memberi ucapan:

yang masih pengen dompet pink, met tambah mungil ya auntie tercintaaaaa!!!! ketawa aneh ah, *xixixixi
--Mendapati status weekend kemarin belum diganti--

Beberapa saat kemudian dibalas:

Edaaaaaaannnnnn ! Gara2 awakmu - coba lihat wall ku - semua pd nanya aku pengen dompet pink ????
Langsung meloncat ke TKP, dan hasilnya aku ngakak sambil guling-guling:


Mbak X: Pren, pengen kado dompet pink tha? Hihihi... Seandainya aku di Indonesia.. :D.

Mbak Y: coph..apakah sebuah miu miu candy pink wallet inikah yg kau inginkan di saat ultahmu??? hihihi...slamat ulang tahun ya coph, utk kadonya minta orang disebelahmu saja :D :D

*Bahkan repot-repot meng-upload gambar dompet Miu-miu.

--Padahal yang dimaksud dompet pink oleh sang keponakan adalah dompet pink Planet Ocean, merk bocah SMA--

Mbak W: chop, met ultah yo. statusmu wis menunjukkan kowe pengen dikado dompet pink...hanya itu chop ???

Hahaha..akhirnya, akan mendapatkan juga dia dompet pink.. :p


Nut: LIKE THIS!

NUT! Lapo ngelike?? Guys, dia pelakunya! Bukan akuuuu yg update status edan ituuuuu.. !! GgggrRrrrrhhhh

Well, anyway.. Happy Birthday Bibi-ku TERSAYAAANG! muah! muah! Hug you! *sambil keringetan karena udara panas dan belum mandi sore. Semoga tetap melajang atau menikah tahun depan, yang penting tetap Happy dan baik hati sama keponakan, hehe...

PS: Semoga edisi blog ini selucu Diary of Wimpy Kid ya..
xixixixixixi...! ^^

Eksodus = Gendutkan Diri

Pindah sementara waktu dari kota Jogja adalah sebuah "paksaan" gunung Merapi yang secara mendadak muntahkan isi perutnya, mual. Eksodus besar-besaran Jumat minggu lalu seperti menyisakan kegetiran bagi mahasiswa di Jogja. Bagaimana tidak? terkadang, saking enaknya hidup di sana, kita jadi lupa bersyukur. Begok emang. Dan saat musibah datang, bencana menggelinding, membekap "mbejog" yang kini sadari, betapa berharganya sebuah kota, sebuah kehidupan, dan sebuah masa di Jogja.

Kebanyakan teman pun demikian, Jogja seakan menjadi rumah pertama atau paling tidak rumah kedua bagi kami. Berat rasanya untuk pindah. Bahkan ada yang rela pertahankan diri di sana. Tidak ada gambaran yang membahagiakan saat pulang. Mungkin, Jogja memang terlalu berbakat untuk merebut hati kami, para mbejog, dan sekarang justru usir kami jauh-jauh dengan teror Merapinya.
Merapi: "Hus..hus..hus! Pergilah segera Nak.." (Sambil tiupkan pasir dan awan panas)

Aku pun 'terpaksa' pulang. Baru kali ini mendapati kebingungan 'packing' yang menyebabkan banyak baju yang tertinggal bahkan benda-benda krusial lainnya. Bersama dua orang teman, aku putuskan pulang dengan Sancaka sore. Sebelumnya, masih juga sempat berfoto narsis depan kos. Dengan masker, dan dress bunga-bunga, aku nampak mirip seorang pelancong-ninja yang hendak ke Hawaii.. ^^

Kepanikan terjadi, saat semua saluran taxi sibuk. TAK ADA TAXI! Bagaimana aku dan kawan-kawan ke stasiun? ADA Seeh... *Fyuh, hanya saja semua mondar mandir di depan jalan kaliurang, antara ke selatan-utara membawa penumpang di dalamnya. Akhirnya dapat siiih. Tapi kami pun berlari, kencang, menerobos peron dan gerbong. Sancaka nyaris khianati kami bertiga.

Puft, meninggalkan Jogja dengan gerbong padat (beberapa orang bahkan berdiri), aku mulai merasakan perutku merengek. *Belum makan sejak tadi pagi.

Seorang pegawai kereta, bapak-bapak berompi datang menawarkan pudding dingin.

Nut: "Pudding coklatnya satu Pak."
Paknya: "Lima ribu Mbak.."

Tak lupa aku bersopan santun, menawari mbak-mbak cantik, kurus, baik hati di sebelahku.

Nut: "Mbak, pudding.. mari.." *menyodorkan pudding berfla krim santan.
Mbaknya: "Makasih.." *menolak secara sopan pula.

Beberapa menit kemudian, hantaran nasi goreng dari bapak-bapak yang sama datang. Aku suka sekali perhatikan cara jalannya yang oleng-usaha-seimbang untuk menjaga nampannya tetap stabil.

Nut: "Pak, nasinya satu.." menoleh ke mbaknya, "Makan Mbak..."
Mbaknya: "Hehe.. kelaparan ya Dek?"

Sesampainya di Madiun, Tep, teman senasibku terbangun, ia pun merasakan sensasi kelaparan karena tawaran penjual pecel.

Tep: "Nut, beli pecel yuk"
Nut: "Hah! kenyaaang!"
Tep: "Halah, beli aja.. yuk, laper, aku beliin dua bungkus ya.."
Nut: *berpikir sejenak, kapan lagi makan pecel Madiun, toh sudah lama ia tidak naik kereta.
Tep: "Ya?.. ya..? kamu beli juga."
Nut: "Okelah," *bergegas bangkit dari kursi dan membeli tiga bungkus pecel.

Tep: "Ayo makan..!" *tanpa aba-aba lagi ia menyantap pecelnya.
Nut: "Eh..." *salah tingkah, merasa tidak enak hati pada teman di sebelah.
Tep: "Halaaaah, ga' usah jaim deh Nut."
Nut: Gleks! *tersedak, berniat menusuk Tep dengan garpu, disusul suara tawa lepas mbaknya.
Mbaknya: "Udah Dek.. makan aja, ga' apa apa lagi.."
Nut: *wajah merah padam. "Huaaa! ga' gitu Mbak.. nih beneran udah kenyang, entar aja deh ronde kedua ya Tep.. ya? aku temani kamu makan" aku pun membela diri hingga kaki terantuk piring nasi goreng untuk ketiga kalinya di bawah kolong bangku.

Seperti dugaan, tiba di Surabaya pun langsung ditodong Bibi untuk makan lagi. Pilihan: restoran Cina. Tapi justru aku memilih penyetan, *idiot. Dipikir-pikir, diet bulan ini dinyatakan Gagal! *Salahkan Merapi.

Jumat, 05 November 2010

Catatan "non" begok


05 November 2010

Parah.

Rasanya tidak ingin meninggalkan kamarku untuk berpindah ke kota lain.

Selalu ada rasa--kecemasan--bahwa aku tidak akan bisa kembali lagi ke kamarku, ke asramaku, ke kota ini.

Karena ini rumahku, rumah bagi mimpi dan napasku.

Firasat.

Menyusup seperti onggokan plastik bekas minum es teh.

Sisa sisa tetesan airnya justru membuat semua terasa resah.

Menelan ketidakpastian, seperti penunggu 'kiamat'.

Jika sekarang kata itu tidak berlebihan.

Pasrah.

Mendapati kota setahun ini mengelabu, bermurung durja.

Aku tak tahu kapan sebaiknya berkata, kapan ini pulih, usai?

Bahwa aku telah terbiasa mencecap lara bertahun-tahun dari bencana.

Bahwa aku tumbuh dari dunia yang tak lagi sama, seperti hatiku, seperti jiwaku.

Pisah.

Meninggalkan kota ini sama saja seperti letakkan separuh hati yang membeku.

Tidak kubawa kembali, tergeletak tidak mau beranjak kemana pun dia.

Aku t’lah jauh-jauh hari merasai ketidakrelaan untuk berpisah.

Pada apa pun di sini,

Namun alam menyukai kesenyapan sekarang.

Mengusir kami, penghuni sementara, jauh-jauh..

Ditemani jiwa-jiwa yang tersisa, dan arwah-arwah yang pulang temui alam

Senyap.

Sebentar lagi menuju arah terbit matahari, mencari kenormalan.

Dan aku takut. Takut.

Aku tak lagi bisa melihat kamarku seperti detik ini.

Aku tak mampu bayangkan warna birunya berlapisi pasir kelabu.

Aku tak ingin,

Semua asing.

Saat kembali mengais sisa-sisa mimpi.


"ini seperti dua sisi koin, untuk berdiam tanpa dapat berbuat apa pun, untuk pergi khianati penghuni rumah yang lain"

Kamis, 04 November 2010

Percakapan Cewek Melankolis

4 November

Mendapat telepon dari teman adalah hal yang menyenangkan. Apalagi sahabat sendiri. Tapi ia akan berjam-jam membicarakan satu nama yang sama. Seperti yang kuduga. Fek, Pacar pertamanya. Dan aku sangat memaklumi kenapa ia begitu kasmaran dengan laki-laki satu ini, yang bahkan wajahnya saja masih absurd buatku. Maklum, kami berbeda kota, terpaut ratusan mil, dan banyak gunung berapi. Apalagi si Fek tak sudi membuat facebook. Dan maklum sekali lagi, cowok yang pertama kali dapat menerima apa adanya seorang cewek akan mendapat penghargaan tertinggi di hari-hari si cewek.


Percakapan ala cewek pun terjadi.

Dlot, sahabatku yang satu ini, segera mengeluarkan segera unek-uneknya melalui ponsel yang sengaja aku loudspeaker. Alasan terbaik: aku sedang berminat bersih-bersih kamar. Jadi, seperti ada seseorang yang lain di kamarku, aku bersuara seorang diri sambil menyapu kolong tempat tidur.

Dlot, tipe gadis melankolis masa kini yang super duper suka mendramatisir segala nada ekspresifnya. *sesaat tersadar, aku terkontaminasi dari siapa.

Dlot: “Waaah! Dasar Fek, jelesan! Aku kan sedang asyik dengan matahari-matahari kecilku..!”

Nut: “Kaya’ kamu nggak cemburu aja pas ada cewek tetangga mampir di teras rumah Fek”

Dlot: “Tapi….! Buat apa jeles sama perserta diklat! Ngambekan! Ugh! Udah gitu kalo ngambek dieeeem..”

Nut: “Kaya’ kamu nggak aja…”

Dlot banyak bercerita tentang makrab UKM-nya, tentang backstreetnya, tentang adik-adik perserta makrab yang ia panggil matahari kecil *jadi ada yah matahari besar?

Dlot: “Mereka lucu seeeh, imut-imut. Lagian aku kan cuma ngobrol ma mereka. Uwaaa.. aku dipuji baik lagi. Mampus deh. Ahhh! Dlot nakal! Gyaahahahaha..!”

Nut: *Siiing

Dlot: “Gitu si Fek jeles minta ampun aku digodain adik-adik kecil..”

Nut: *Siing…

Dlot: “Kok jadi kebalik ya? Si Fek marah soalnya aku ga’ gampang jeles…”

Nut: Srek..srek..srek..gubrak..grodak! *suara sapu bentur kolong meja belajar.


Lalu sampailah pada pertanyaan wajib buatku selama tiga minggu terakhir.

Dlot: “Jadi, tanggal 12 aku ulang tahun lhoo!!!”

Nut: Gleks! (*belum siapin kado)

Dlot: “Ga’ usah ngado…! Tukar aja sama tiket berdua ke Bali, si Fek tanya terus tuh!”

Nut: Gleks! (*hadiah kompetisi yang tidak ada jaminan bisa menang mengalahkan 290-an kontestan telah di booking oleh pasangan ga’ jelas di kota seberang)

Dlot: “Kata si Fek, kadonya buat aku ultah diwakilin kamu. Ya.. ya? Ke Bali.. ah, romantisnyaaa..”

Nut: Gleks! *nelan batang sapu.

Dlot: “Tapi tau ga’ Nuuut, pas aku minta serius, janji terima apa pun bentuk kadonya, dia bilang bakal ngelamar aku buat kedua kalinyaaa… Melteeeed, dasar Fek kampret!

Nut: SIING! *antara takjub pada Fek sekaligus pada Dlot yang secara bersamaan kontras meleleh dan mengumpat. (wanita masa kini emang aneh)

Lantas, munculah sesi-tentang-Mr. Epev-dari-Dlot.

Dlot: “anyway, gimana kabar Mr. Epev? Masih idup?” *nada sarkatis

Nut: “He..he.. entahlah, iya kali..”

Dlot: “Ugh, tidak adakah insiden lagi? Cerita kek yang seru-seru!”

Nut : Gleks!

Dlot: “Ah, Nut..! ngarep kamu cerita apa kek, ada insiden apa kek! Yang menantang dan sensasional..”

Nut: “Mbok pikir ga’ capek apa dapet insiden mulu.. yeee, dasar mau lu!”

Dlot: “Hehe..” *nyengir berdosa karena telah membayangkan sahabatnya beradegan di film thriller.

Selanjutnya, setelah diselingi kembali ke topik-kemana-Dlot-libur-Idul-Adha, kembali lagilah Dlot ke pertanyaan semula.

Dlot: “Jadi, kabar dia gimana?”

Nut: “Zzzzz… kangen po?” *agak surprise, biasanya dia bakal niat nimpuk kalo aku yang sebutkan topik Mr. Epev.

Dlot: “Soalnya, aku baru ingat, ada matahari kecil yang miriiiiiiiiiiip banget sama dia! Kita udah akrab, ihhh, anaknya manisss… pantes kamu terkepret-kepret sama si Epev. Tak kusangka, memandangnya tiap hari pas makrab jadi mabok..”

Nut: “.......-___-……”

Dlot: “Serius mirip, tapi tubuhnya kaya si Mr. Zip”

Nut: “Arghh!!!” *tidak bisa bayangkan dua orang yang berbeda yang pernah bersejarah dalam kehidupan sentralnya, disatukan dalam satu sosok.

Dlot: “Si Fek pun bilang mirip, Ing ing eng.. waktu aku tunjukin fb si Epev. Pantes kamu seneeeng…”

Nut: “Arggh! Ga’ terima! Ga' mau disama-samain, apalagi dicampur-campurin sosoknya!”

Dlot: “Yee! Serius! Perlu aku mintain tanda tangan anak UKM biar kamu percaya?”

Nut: *Siiiing…! (Petisi-irasional-untuk-galang-persetujuan-wajah-mirip-sapa)

Dlot: “Huwaaa! Sudahlah, pokoknya manis! Ih, bahkan aku nemu nama masjid yang sama dengan si Epev. Ck, ck, ck.. pokoknya di makrab maren banyak yang mirip. Ada yang mirip temannya temanku, saudaranya temanku, mantan mantannya temanku…”

Nut: *Takjub-tapi-tetap-tidak-terima

Dlot: “Aku juga bilang pada adeknya kalo dia mirip seseorang. Ya ampyuuun! Aku bilang aku berhasrat nimpuk dia pake kamus!"

Nut: *menyangsikan karakter lemah lembut si melankolis.

Dlot: “Ah, ngantuk nih.. huaa! Tidur yak? 1..2..3..”

Klik!

---Beginilah percakapan via ponsel malam hari---