Sabtu, 13 November 2010

Derita Operator T_T

Aku tidak tahu ini hanya sebuah kebetulan atau ada maksud laten tentang dimana aku tinggal. Evakuasi dari Merapi pun berujung pada aku harus 'bertahan' di kota lumpur. Aku tidak tahu mana yang lebih baik untuk disyukuri, --keduanya mungkin? *idiot question--namun jika boleh memilih, aku ingin tinggal di Jogja hingga waktu yang sangat lama di sana.

God, save my beloved city.

Bukan berarti aku tidak menyayangi 'hot-mud-town', namun banyak hal di sini yang membuatku berpikir ulang, bahwa faktanya toh aku rela rumahku direndam lumpur, dan situs bersejarah masa kecilku hilang (SD, Masjid, halaman rumah tetangga..), namun sekali lagi, terima nasib sajalah.. empat tahun, kami yang masih bisa survive di daerah danau lumpur, merasa dibunuh perlahan oleh korporasi mega raksasa Bakriyeee Pooreper.
Lucunya, beberapa hal ajaib aku temui tatkala bertugas menjadi operator warnet. Takjub, Jogja pun bahkan kalah aneh menyangkut beberapa penghuni eksentriknya.

Seperti sosok perlente dan necis yang datang di suatu siang yang panas. Seorang mas-mas bercelana kain rapi, berkemeja merah tua dan bersweater di tengah hangatnya cuaca. Dia berkacamata, bersepatu pantofel mengkilap, dan rambutnya disisir rapi klimis. Sekilas, mirip mahasiswa S2. Not bad.. batin operator.

Mr.Who: "Mbak, mau nge-print"
Nut: "Yap.." *menunggu Mr.Who mengulurkan flashdisk dengan sopan.
Mr. Who: *malah keluarkan map merah. "Bisa jadi sekarang kan Mbak?"
Nut: *mengangguk, tiba-tiba merasa curiga.
Mr. Who: "Satu lembar aja kok Mbak, saya tunggu.."
Nut: "Eh..? maksudnya ngetik Mas?"
Mr. Who: "Iya.."
Nut: *menimbang, selembar ketikan tidak akan mengusiknya menikmati akses wifi.
"Oke, mana yang mau diketik?"
Mr. Who: "Ini, gambarnya aja  Mbak.."
Nut: "...............-__-..............." 
Fakta Mr. Who Buta Teknologi Tingkat Parah Stadium Empat.
Nut: "Itu discan namanya Mas, bukan diketik ato diprint. Maaf, scannernya rusak."
Mr. Who: "Lho? Kok ga' bisa? tadi katanya bisa?!!"
Nut: "Itu di-scan, bukan diketik.. maaf alatnya rusak..." *berhasrat melempar objek berat.
Dan dilihat dari gambar yang ada, sepertinya Mr. Who merupakan sales mesin pompa air.

Ditambah lagi kemalangan yang menimpa jika gerombolan 'bolang' atau anak-anak SMP datang bagai gemuruh wedhus gembel. Entah mengapa, mereka sangat ajaib. Menyuruh operator keren seperti ini untuk mengetik dan mentranslate kata pengantar, mengedit surat, memberi gambar, dan mencari gambar siklus metamorfosis kecoak.
Manfaat: Baru sadar bahasa Inggris-nya Kecoak = Cockroach

Hal tersial: bertemu geng pelanggan cerewet (*bocah SMP) yang aku yakini mereka akan menjelma menjadi ibu-ibu RT penggosip lima belas tahun ke depan.

Hal terlaten: bocah empat tahun sepertinya naksir saya, dari tadi sibuk pdkt, *bukan pedophilia.
Hal terkeren: ruangan penuh dengan lagunya Frau (ahahahaha, kapan lagi lagu elite gini diputar di sini? yang biasanya dipenuhi lagu menye-menye, band-band teri, dang dut, 80'an, atau sholawatan.

Dan yang menjengkelkan, baru saja, seorang bapak-bapak berkaos putih bermotor matik putih menghambat blogging saya.
Mr. White: "Mbak, tolong buatin kaya' gini tapi seukuran kotak ini"
Nut: "Eh..?" *takjub lagi, masih ada saja kerjaan luar biasa di jasa internet 2010.
Mr. White keluarkan secarik kertas bergambar kotak persegi mungil bertuliskan TUD = Tidak Untuk Dijual = Not For Sale dan keluarkan dari sakunya kotak rokok --lagi-lagi berwarna puth-- sambil menunjuk kotak kecil di belakangnya yang bertulis = Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, blablablabla.. Impoten!

Jadi, ditemani sang Bapaknya-entah-siapa, aku rela membuat berpuluh-puluh kotak *copy paste dengan lapang dada karena mengingat telah habiskan: 1. soft drink 2. kacang Sukro 3. es doger 4. Semangkuk bakso.
Mr. White: "Mbak, tolong dimepetin.. ya, gitu, yak.. bener, itu kurang tebel garisnya, sebaris ada empat ya Mbak, nah itu, yak kecilin, selembar ada berapa kotak Mbak?" *sambil menempelkan kotak bungkus rokok ke monitor, mengukur kotak TUD. 
Rasanya mau muntah dan kepala berputar-putar membaca begitu banyaknya deretan TUD TUD TUD TUD. Gyaaaaa! *tidak ingin mendapat mimpi buruk berjudul NUT = NOT FOR SALE nanti malam.
Nut: gleks!* garuk-garuk kepala disuruh menghitung berapa kali berapa kotak.
Mr. White: "Kalo' ga' bisa diitung ya sudah Mbak ga usah.."
Nut: "Siiiiing"* tertusuk tiga pedang.

Selanjutnya, merasa suasana kurang kondusif, sebagai customer service yang baik aku pun mengajaknya bercakap-cakap.
Nut: "Emang buat apaan ya Pak, kotak-kotaknya?"
Mr. White: "Yaaah.. untuk tidak dijual."
Nut: "Mm.. barangnya apaan Pak?"
Mr. White: "Yang jelas bukan barang haram.. Bener kan? Hahahahaha..."
Nut: Gleks!* "Betuul..." *berhasrat menirukan Ipin. Atau setidaknya mengoyak daging sang bapak seperti predator. Karena merasa dibegokin berkali-kali.


Selanjutnya, tidak ada masalah yang berarti kecuali entah-efek-lumpur-atau-tidak, para peminta-minta serta pengamen bertindak dan berkostum sangat aneh.
1. Bapak-bapak peminta sumbangan dengan buku agenda panjang, memaksakan kehendak, ngotot minta duit dengan muka geram. *serem sendiri.
2. Kakek-kakek pengamen yang nyentrik abis. Ia datang meniup semacam seruling dari semacam aneka sedotan, berkostum mirip jas lab putih-lusuh panjang berserta celana putih kain semata kaki. *mirip kostum perawat rumah sakit. Kakek itu mengenakan ikat kepala dan tas ransel dari kresek hitam. *trendsetter akhir tahun 2010. Jujur, tampak sangat matching dengan kehidupan di sini.
3. Dan yang paling membuat aku melongo ria, adalah seorang pengamen jalanan, tidak diketahui jenis kelaminnya. Tinggi, tegap, perut membuncit, kostum loreng-loreng bentol-bentol hitam: perpaduan antara zebra dan anjing dalmation. Membawa kotak speaker mungil. Dan kenapa dia misterius: 
DIA MENGENAKAN TOPENG ALIEN BERWARNA PINK.
*shocked and speechless. Jujur, takjub campur ngiri dia beli dimana topeng itu.
Atau jangan-jangan.... Pengamen itu benar-benar Alien??
*Sumpah, kalo aku Bupati, aku akan beri dia penghargaan "The Best Dresscode at Hot Mud Town."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar