Kamis, 02 Desember 2010

Dilema tidak penting

Di tengah rasa perut yang bergejolak, sulit dibedakan antara perih maag atau 'dilepen' karena tamu yang invasi mendadak, aku justru beritikad menulis. *dasar mbejog. Padahal, jauh-jauh hari aku absen dari dunia konyol ini. Lebih banyak terperangkap oleh mendung dan hujan dan lahar Code. Oke, oke, tidak sampai membuat kos banjir. Hanya saja.. akhir-akhir ini kamarku lebih menyerupai kapal Titanic. Sure, it was a cool view.

Lalu, sore sampai malam ini aku berdiam di sudut cafe mungil, tempat kerja rekan seperjuangan menulis berita. Yap, deadline reportase menyebabkan pengambilan keputusan strategis nan bego' untuk mempertahankan segala keeksistensian aneka macam menulis.

Ada kursi oranye nyaman.
Ada sepiring pancake cappucino dan segelas jus pisang.
Ada fasilitas wifi.
Ada full music menye-menye --oke, ga' semuanya sih--
Ada rekan kerja si Zud, yang mempunyai vitalitas tinggi seorang reporter, aplaus.


Tetapi, akhirnya tetap saja, aku-anak-Indonesia-asli. Tidak bisa bertahan tanpa nasi. Kurasa, ini maag deh.. perih minta ampun. Setelah dilema, apakah nyeri perut akhirnya divonis maag atau 'dilep', sekali lagi meneguk sirup berhias lambung pink yang so sweet. --Aku kira aku sangat berbakat menjadi bintang iklan sirup maag gratis ini dari klinik kampus--

Dan membayangkan seseorang akan bersikap 'jutek' lagi jika mengetahui seorang 'mbejog' suka menelan obat lebih dari dosis yang ada karena rasanya yang enak. 

Namun dilema terparah seringkali aku alami untuk memilih sesuatu yang sepele. Seperti malam ini, bingung memilah notes yang akan aku beli. Perlu diketahui, mahasiswi-jarang-mencatat ini sangat menggilai notes yang lucu-lucu gambarnya. Tapi akhir-akhir buku-buku note tersebut selalu berakhir mengenaskan.

  • Note bersampul kain batik: hari pertama= tulisan warna warni kecil-kecil, sepuluh hari kemudian= sumpah serapah.
  • Note blaster pelangi tebal: hari pertama = jadwal kuliah, dua minggu selanjutnya = lenyap karena kepikunan.
  • Note 30 macam gambar made in korea = hari pertama: niat untuk mencatat mata kuliah, selanjutnya belum 24 jam telah berganti fungsi menjadi catatan travelling melankolis.

Huft.. dan tidak kapok. Merasa tengah semester ganjil ini masih harus diawali dengan buku baru.
 Jadi, tidak sengaja menemukan notes mungil-mungil di rak toko girlie. Dan mataku serasa tidak mau beranjak dan ku t'lah jatuh cinta. \m/

Dilema terjadi: 
Ada satu lusin kali aku membolak balik aneka notes, mempertimbangkan cover, tampilan dalam halamannya, kertasnya, ukurannya, teksturnya, hingga gaya ilustratornya mendesain gambarnya.
Kebingungan terjadi tatkala, ada dua notes tambatan hati, dan dilarang mendua untuk apa pun urusan.

1. Note bercover polos putih dan gadis memegang balon simpel unik, namun hiasan dalamnya terlalu ramai. Nantinya akan mengganggu acara menulis misal: Eksistensi Tek (ketabrak gambar babi merah) Nologi dan .... *ah, ga' intelek kesannya.
2. Note bercover tulisan bijak, seperti inspiring your life... dsb, namun di dalamnya, hiasan sudut kertas sangat natural cocok untuk tulisan ekspresif dan cakar ayam.


Dilema akan tampak norak jika diperhatikan mbak-mbak penjaga tokonya terus menerus. Membuatku susah konsentrasi menuruti naluri. Dan teringat acara shopping dua bulan yang lalu. Sahabatku, si Donn hingga geleng-geleng kepala lalu frustrasi karena proses penyeleksian high heels mendapat tantangan dilematis yang akut.

Antara high heels warna peach simpel dan high heels  warna peach coklat temali elegan.


Nut: Hadoooh! Yang mana ini? semua bagus... mana yang lebih seksi Donn di kakiku.." *sambil memiringkan tumit dan mata kaki.
Donn: "Dua duanya deh, beli semuanya sonoo.."
Nut: "Ga' mau! poligami dong!"
Donn: *Grrr... "Apa hubungannya coba?"
Nut: "Memilih sepatu itu layaknya memilih calon suami" *mulai ngelantur, duduk di sebelah Donn sambil menepuk bahunya. "Gini yah, kamu pilih mana, cowok A yang apa adanya namun cukup protektif ke kamu, tapi kamu nyaman dikekang dia.. atau cowok B, yang keren, karismatik, namun ia terlalu bebasin kamu berbuat apa pun. Selalu terserah kamu.."
Donn: Siiing* melirik kanan kiri, berharap pramuniaga bagian sepatu wanita tidak mendengar ceramah Nut.
Nut: "Jadi.. ni yang kiri, si cowok A, terus yang kanan si cowok B, kalo' kamu jadi aku pilih mana Donn?"
Donn: "Hm.. yang kiri mang pas banget, tapi yang kanan feminin manis gitu.. aneh ya.. apa boleh buat, cuman ada ukuran itu kan? 38?"
Nut: "Hoaah! yang kiri 38, yang kanan 39.."
Donn: *Gubrak! "Jadi dari tadi.."
Nut: *Nyengir innocent.
Donn: "Dodol! pantes beda! Udah! cepat bayar yang cowok A! *Kalap.


Dan kesimpulan hari ini: akhirnya membeli note yang bertemakan Pinokio. Entah Mengapa. Di toko tadi, si Pinokio membius, di cafe ini.. Pinokio terasa berhasil menipuku. Tapi at least, ini bukan pilihan yang buruk kok. :P


Yang penting tidak menyesal seperti adegan-tas-sial tiga bulan yang lalu. Saat itu di swalayan, seorang diri aku menemukan TAS KEREN, seharga 14.500. Sumprit! saking tak percayanya, aku melongo lebar. Mangap, meneliti per sudut tas. AKU TIDAK MAU DITIPU. Cek harga setengah lusin kali, itung angka nolnya. Dan bayangin akan aku pakai kemana tas itu. Luar Biasa. Namun sementara, aku berpaling, niat 5 menit lagi balik, dan ingin menengok koleksi barang yang lain.

Sepuluh menit kemudian: TEWAS.

Dua orang mbak-mbak berdialog mengenai ketidakpercayaan terhadap harga sebuah tas dan dengan pedenya nyelonong di depan hidungku, untuk segera membayarnya ke kasir.

Broken Heart Parade!
Lagu Good Charlotte menendang nendang ulu hatiku.
Arggghhh!
It's Mine! MINE!
Ingin kucekik mbak penyerobot klaim tas murah itu. Namun, well, pulang tertunduk lesu. Menatap nanar harta karun tersebut.


DILEMA DAN KETIDAKPERCAYAAN ITU MENYERAMKAN KAWAN.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar