Minggu, 20 November 2011

Mungkin dia.. disorientasi?

Dlot, masih saja berkutat dengan problem-asmara-berkepanjangan. Fyuh, sebenarnya sangat melelahkan. Ia terjebak dalam permainan cinta dengan para lelaki di UKM-nya. Entahlah, sejauh ini sudah tujuh orang cowok --seingetku, kemungkinan lebih-- yang pernah setidaknya, menjalin skandal kecil-kecilan dengannya. *Semoga Dlot tidak tersinggung dengan pemilihan kataku. :D Damai yak Dlot ^^!

Namun, cowok terakhir kali ini cukup berbeda dari karakter tipikal cowok-cowok affair sebelumnya. Ia seorang.. ehm, Ikhwan alias Akhi-akhi. Ia bernama, ah, sebut saja, Aki. Dlot lagi-lagi mabuk kepayang dengan pesona sejenis lelaki idealis-religius. Tidak bisa dielakkan, berbagai konflik batin muncul, dan selalu dikeluhkan Dlot. Biasanya, dalam bentuk sajak-sajak melankolis.

Suatu malam, seperti biasa Dlot membutuhkan telingaku. Saat itu ia sedang berulang tahun, dan mengeluhkan betapa tidak sensitifnya si Aki. 

Dlot: "Bayangkan Nuuut, tegoo banget! Aki kemarin bilang kalau mau pulkam pas aku ulang tahun. Oke sih, meski nyakitin tapi aku bisa coba maklum. Sejak ibunya meninggal dia memang jadi sering pulang. Tapi ternyata dia ke Blitar. Malah main dan nginep di rumah Gell!" *sambil merintih kesakitan.
Nut: "Hmm.." *sebagai catatan penting Gell adalah cowok affair sebelum Aki datang dalam kehidupan Dlot. Dan mereka semua memang dalam satu organisasi.
Dlot: "Bahkaaaan.. parahnya Aki ngucapin met ultah siang hari! Coba bayangin!"
Nut: "Loh.. emang yang ngucapin pertama siapa? si Gell?"
Dlot: "Bukan. Yang ngucapin jam 12 malam teng-teng Yoah. Aku pikir itu sms dari Aki. Tapi.. Y-O-A-H!"
Nut: *senyap lalu.. "BUAKAKAKKAKAKAKAKAKAK, Kasian sekali kau Nak!"
Dlot: -__-" *langsung manyun.
Nut: "Terus ngapain juga si Aki nginep ke rumah Gell?"
Dlot: "Ga' tau. Huh! Dia bahkan lebih milih aku daripada Gell. Entahlah, sebenarnya dia tahu nggak sih aku pernah bikin affair sama Gell. Sekarang mereka berdua jadi akraaab sekali. Bahkan yang ngucapin met ultah kedua itu Gell! katanya si Aki ga' bisa dibangunin pas disuruh telpon aku buat ngucapin.. Parah ga' siih Nut? Tega sekali..."

Astaga! aku nggak bisa bayangin kalau perkembangan asmara Dlot menjadi sedemikian rumit. Tampak si Gell mempunyai siasat di balik kedekatannya dengan Aki sekarang. Gell jelas masih sayang ke Dlot dengan sikapnya yang begitu perhatian. Buktinya, ia ingat dan peduli untuk telpon Dlot saat ulang tahunnnya. Tapi...

Nut: "Tunggu.. tunggu... Dlot, mereka berdua, maksudku, Gell dan Aki nggak tidur sekamar kaan?" *nada curiga.
Dlot: "Iya, kenapa?"
Nut: "AAAAAA.. tidak salah lagi!"
Dlot: "Eh, kenapa?"
Nut: "MEREKA BERDUA HOMO!" *sarkas
Dlot: "Hah? homo? nggaklah! hahahaha.. nggak mungkin deh Nut. Hahahaha...! aku ga' bisa bayangin kalo' Gell dan Aki Homo. Ngawur kamu!"
Nut: "Ishh... tapi masuk akal! Mereka mencurigakan. Bisa Intim sekali secara mendadak. Pasti Aki jatuh cinta sama Gell. Aku liat keduanya punya pose foto PP fb yang aneh. Mungkin.. itu sisi gelapnya. Gell seorang multi-orientasi yang menjebak si polos Aki! dan Aki baru sadar bahwa selama ini ia gay...!"
Dlot: *Glek! "Nggak mungkin Gell homo, aku ga' bisa bayangin...! Tapi kalo Aki sih... Arghh! mana mungkin seorang ikhwan alim gitu HOMO NUUTT?"
Nut: "Hmm.. kalau ga percaya tanya aja sekarang ke Aki.. ia ga' normal tauk! Bisa sangat tidak peduli ulang tahunmu, malah tidur sekamar dengan Gell. Serem banget!"
Dlot: "Entahlah.." *nada mulai ragu.

Beberapa hari kemudian, Dlot telepon lagi. Kali ini mengabarkan bahwa hubungan persahabatan Gell dan Aki semakin erat. Ternyata, Aki belum pernah tahu jika Gell pernah menjalin skandal dengan ceweknya sekarang. Lalu topik berpindah pada kado ulang tahun Aki untuk Dlot. 

Kalian bisa tebak apa hadiahnya?
Taraaaa! File Film The Notebook.
Gubrak!

Alkisah, Dlot dan Aki pernah berbincang-bincang mengenai film. Dlot mengaku belum pernah menonton The Notebook, sedangkan Aki sudah pernah. Dlot bilang secara asal kalau kapan-kapan ia ingin menonton film tersebut. Ternyata rekaman memori Aki sangat kuat menandai The Notebook sebagai salah satu keinginan terbesar Dlot, setelah obsesi PUNYA SUAMI adalah keinginan terbesarnya selama ini. Ceritanya, Aki menyodorkan flashdisk yang ia pinjem dari Dlot dan berkata, "fd-nya buka ntar malam aja yaa.. ada kadoku di dalamnya."

Whuaa! siapa pun akan mengira dalam benda mini itu ditemukan video maker yang sangat romantis. Berisi foto-foto disertai rangkaian kata-kata puitis. Jadi, saat Dlot membokar folder-folder di fd-nya malam itu, ia sama sekali tidak menemukan hal mencurigakan yang menyolok. Tiba-tiba, Aki telepon.

Aki: "Sudah dibuka kadoku?"
Dlot: "Er... belum. aku ga' nnemu. Kamu taruh dimana kadonya? Btw, kayaknya kemarin pas temenku pinjem fd dia lagi copy The Notebook deh. Nih masih ada file-nya, belum dia hapus.."
Aki: "Oh, The Notebook itu kadoku. Selamat Ulang Tahun yaa.."
Dlot: "......." *speechless parah.

Besoknya Dlot sudah menuliskan di secarik kertas segala praduga di otaknya mengenai kenapa Aki memberikan film itu sebagai kado.

Aki: "Gimana filmnya? bagus?"
Dlot: "Tunggu.. aku udah buat daftarnya" *membuka catatannya. "1. Kamu tahu nggak sebelumnya kalo' yang jadi pemeran utama cowok di The Notebook itu artis favoritku?"
Aki: "Nggak." *singkat, jujur.
Dlot: "2. Kamu pengen aku mikir apa pas kamu ngado film banyak adegan nggak-nggak itu?"
Aki: "Loh?" *polos dan lugu
Dlot: "Kamu beneran nggak pengen aku mikir pengen yang nggak-nggak..? Kamu sama sama sekali nggak mikir....? Astaga!! Kamu nggak homo kan?!!!"
Aki: "Hah? Homo? kok bisa tiba-tiba....? Aku pun nggak lihat adegannya, pas adegan vulgar aku cepetin."
Dlot: "Kayaknya bener deh ada orang yang bilang kamu.." *inget Nut sang psikolog.
Aki: "bilang apa?"
Dlot: "Nggak.. lupain. Trus nomer 3. Ending The Notebook kan pemain utama ceweknya kena alzheimer. Trus lupa ingatan bahkan lupa sama cowoknya. Tapi akhirnya lumayan happy ending saat mereka meninggal bareng. Kamu bayangin nggak kalo' suatu saat aku kena alzheimer terus kamu bakal lakuin kaya' yang cowok itu lakuin?"
Aki: "Buakakakakakak! Enggaklah. Kamu kok mikir sejauh itu sih? Aku ngado yah cuma pengen kamu nonton. Katanya dulu belum pernah nonton The Notebook dan pengen.."
Dlot: *Glek!


Itulah kawan, lelaki. Selalu mempunyai daya rekam memori lebih detail daripada wanita tetapi tidak pernah berpikir panjang atas tindakannya. Sejauh ini, aku nggak kaget saat si Aki menghadiahi Dlot file film. Maksudku, aku juga menemui kasus hampir serupa yang menegaskan bahwa lelaki sungguh alien dari Mars yang sangat.......... well, oke, terpaksa aku bilang sederhana.

TAPI MENYEBALKAN. 
x_____x"

Dan percayalah, rekonstruksi serial drama romantis itu hanya omong kosong. Cowok-cowok di dunia ini 80% terlahir tanpa sisi romantis sekali pun. Hufft, susahnya. Setelah aku puas ngakak guling-guling dengar cerita Dlot, lalu gantian deh Dlot ngakak gulung-gulung sambil salto menertawai kado ulang tahunku yakni mawar-dalam-kotak-sepatu dari seorang lelaki.

*Ups.


Malu Mengakui

 
Akhir tahun 2011 ini adalah anugrah luar biasa dari Tuhan untuk Indonesia dan berefek pula padaku. Bagaimana tidak? Medali emas yang diraih Indonesia bersinar-sinar layaknya gunung ehm yang digali Freeport dengan rakusnya. Yang paling menarik di Seagames kini adalah final sepakbola Indonesia vs Malaysia Senin nanti. Tidak sabar menunggu rasanya. 

Maksudku, well, perkembangan pesat terjadi pada Nut. Finally, aku meresmikan diri menyukai cabang olahraga sepakbola. Setelah sekian lama disuguhi ribuan tayangan bola, dan tidak pernah sama sekali bisa paham, akhirnya paham juga tentang tendangan-aturan-bola. Untuk pertama kalinya, aku berhasil menikmati jalannya pertandingan secara penuh saat Indonesia vs Thailand berlaga. Saat itu Nut sekeluarga sedang menonton sepakbola di kamar sambil tiduran. Berikut fakta yang membuat pertandingan tersebut berasa nikmat sekali:

1. Pengetahuan telah banyak meningkat. Ditambah dengan komentar-komentar Dad dan Jir tentang sepakbola. Selama ini aku mengira jika Jir hanya tertarik dengan game, Spongebob, dan Naruto. Ternyata ia juga lumayan berkompeten dalam urusan bola.

2. Wasit Korea yang benar-benar menyita perhatian karena begitu murah hati untuk mengeluarkan kartu berkali-kali. Apalagi ia seperti memihak Indonesia karena permainan kasar Thailand. Terlebih lagi, dia keren, tidak seperti boyband, dan mengingatkanku pada pemain saxophone lokal favorit. ^^

3. Pemain bernama Tibo sangat cakep! Dia berkharisma. Ganteng luar dalam. Pemain asal Indonesia timur ini bagai matahari terbit yang selalu menawan.

Lalu disusul dengan pertandingan semifinal yang baru saja usai. Indonesia vs Vietnam yang sangat menegangkan. Inilah kali kedua aku bisa menikmati sebuah pertandingan meskipun sering mengernyit ngeri. Ternyata, baru tahu kalo sepakbola adalah liga yang berdarah-darah. Terguling, keseleo, teckling, terpeleset, keseruduk, salto, benturan kepala, hingga terjepit adalah resiko yang memang harus ditanggung pemain sepak bola.

Ada tiga tokoh favoritku di sini: Tibo, wasit Korea yang lagi-lagi turun, dan pelatih Timnas yang jaim. Ketiganya sangat sedap dilihat. Meski yah, berkali-kali aku harus dapat protes dari para lelaki karena naksir Tibo. Apalagi Yoah dan Peki yang terus menjagokan Diego gak ganteng. Hingga akhirnya Tibo dapat meluncur, menembak gawang.

GOL!


Nut: "AAAAAAAAAAAAAA!!! GOL!!!!!" *menggebuk galon kosong dengan kalap sambil memekik mekik. Suporter di belakang menari-nari. Suporter di televisi jingkrak jingkrak. SBY di istana karaokean.

Heboh sekali rasanya saat bertransformasi menjadi salah satu suporter Indonesia yang ehm lumayan paham tentang sepakbola. Bukan seperti saat final AFF dulu antara Malaysia vs Indonesia. Aku masih ingat jelas, ketika hampir berurai airmata di jalan raya hanya gara-gara Yoah menyeretku pulang di menit-menit terakhir pertandingan AFF. Meski kalah, rasa nasionalisme polos nan lugu pun membuat siapa saja tidak rela meninggalkan tim merah putih.

Dan oke, sekarang aku bukan Nut yang buta sepakbola lagi. Bahkan aku mulai hapal nama-nama pemain U-23. Contoh: Patrick Wanggai, Andik, Gunawan, Dirga, Egi, Ferdinand, Diego, Miega, dan tentu saja Titus Bonaiii!!!

Ditambah lagi aku pun mampu menjadi pengamat amatiran junior yang sangat membanggakan saat mengomentari hasil pertandingan Indonesia vs Malaysia di group A.

"Kau tahu? menurut pengamatanku, keputusan pelatih Timnas udah bener deh. Dia memang seharusnya tidak mengeluarkan skuat inti, 5 pemain utama diganti pemain cadangan. Maksudku, apa pun hasilnya, Indonesia masih tetap maju ke babak semifinal. Dan inilah saat yang tepat bagi pelatih untuk mengukur ekspektasinya pada seluruh awak U-23. Biar saja kalah di babak kemarin daripada kalah di semifinal nanti. Kita harus benar-benar paham kekuatan Indonesia dan bersikap realistis. Mental awak cadangan pun memang juga harus dipantau langsung dipertandingan. Biar adil.." argumenku meluber kemana-mana, meski salah menyebutkan Tibo yang kusangka bernama Okto sebelumnya.

Yoah bengong, kemudian nyengir lebar dan sok memujiku dengan nada menyebalkan seperti biasa. Mbak Pengamat katanya. Huh!

Nut: "Eh tapi kenapa yaa wasit-nya dikeluarin?" *tanyaku tidak mengerti.
Yoah: "Wasit?"
Nut: "Iya! wasit Malaysia.. kenapa kok bisa dikeluarin?"
Yoah: *hening lalu.. "BUAKAKAKAKAKAKAK, Mana ada wasit dikeluarin. Siapa yang berani ngeluarin wasit?!! Buakakkakakak!"
Nut: *baru nyadar kalau kepeleset ngomong. Yang aku maksud pelatih bukan wasit. Sial.
Yoah: "Siapa yang berani heh?!"
Nut: -_______-" "Andi Mallarangeng yang berani" *nada dongkol gara-gara diketawain.

Tapi bagaimana pun juga, kembali ke pertandingan tadi, Indonesia benar-benar membanggakan. Dan aku pun menulis status di facebook seperti ini: 

malam minggu yang sangat mengesankan berkat gol si ganteng Tibo, hahahaha, sudah kubilang berkali-kali, dia cakep. Termasuk pelatih Indonesia dan wasit Korea.


Padahal sebenarnya aku ingin menulis: I LOVE YOU TIBO SO MUCH. Tapi batal karena merasa norak malu mengakui dan well, aku bisa dikecam pecinta Diego nanti. Hufft. --Padahal apa sih menariknya Diego yang potongan rambutnya saja tidak beraturan dan tak pernah masukin gol?--

Rasanya, sulit membayangkan tiga minggu yang lalu bahwa aku belum mengerti apa itu offside, tendangan penjuru, hakim garis, teckling, penalti, tendangan bebas, aneka pelanggaran, dan banyak hal sepele lainnya menyangkut sepakbola. Sehingga Nipnip dan Yanyan harus sabar memberitahuku banyak informasi dasar.


Forza Indonesia!!







Betewe, apa sih artinya Forza?



Sabtu, 19 November 2011

Bahas Bintik Kulit

Aku, Jir, dan Ain sedang asyik menonton film perdana Lindsay Lohan di salah satu stasiun televisi. Saat itu Lindsay masih anak-anak dan terlihat sangat "normal". Maksudku, ia sekarang lebih menyerupai wanita yang abnormal saat berkali-kali masuk penjara dan rehabilitasi, dituduh mencuri kalung, bertengkar dengan banyak artis, bahkan mencium bibir ibu kandungnya sendiri saat mabuk *aku baca di gosip-gosip internet sih. Seperti yang kita ketahui, acapkali orang barat memiliki bintik-bintik kecil kecoklatan di sekujur badannya. Dan ternyata bintik-bintik alamiah tersebut sangat kentara di wajah Lindsay saat masih kecil.

Jir: "Yeiks! jelek sekali wajahnya.. hiii..!" 
Ain: "Itu jerawat Mas.." *nada bijak seorang gadis cilik.
Jir: "Bukan! Itu cacat fisik!" *bantahan yang sama sekali tidak perlu.

Nut: "err...." *bingung harus menanggapi apa buat ocehan anak kelas 4 SD dan TK Besar.

Pulang untuk E-KTP

Seminggu yang lalu tanpa diduga sebelumnya, akhirnya aku pulang. Setelah melewati berbagai minggu di Jogja bahkan sangat menikmati Idul Adha di sini. Aku kira, Mum memang kangen dengan anak-anaknya yang terpencar karena jarak lokasi kampus masing-masing. Maka, di suatu sore yang gerimis sepotong sms masuk.

Nut, Nem.. kalian harus pulang. Ngurus KTP elektronik

Tentu saja aku terheran-heran. Maksudku, jarang sekali Mum menyuruhku pulang hanya karena urusan tidak krusial semacam KTP. Tapi yah, mungkin saja Mum menjadi super-sadar politik? Dan merasa tercerahkan sebagai Warga Negara Indonesia yang budiman sejak Hari Pahlawan kemarin terlampaui. Tapi dipikir-pikir, tidak terlalu rasional juga. Maksudku, Mum sudah membuktikan bahwa dirinya menjadi WNI yang budiman saat ia berkaca-kaca mendengar ceritaku tentang sejarah Freeport yang rakus. Dan terakhir Pemilu kemarin Mum ikutan nyontreng. Meski aku tidak tahu sekarang, apa ia menyesal memilih calon presidennya dulu.


Jadi, yah, oke, aku simpulkan Mum hanya sedikit beralasan bahwa sebenarnya beliau KANGEN anak-anaknya yang jauh ini. Oleh karena itu, aku pulang. Lantas ternyata, Mum memang tidak sedang merindukanku. Saat aku tiba di rumah pun, justru semua ruangan kosong. Mum asyik mengikuti undian merek motor hingga malam. -_-"

Namun, meski hanya tiga hari lamanya di rumah, aku cukup terhibur dengan ulah Nem, Jir, dan Ain. Mereka tumbuh dengan menakjubkan. Seperti biasa mereka selalu dapat mencengangkan. Maksudku, aku sebagai anak tertua dan jarang sekali berjumpa dengan mereka seringkali mengamati perkembangan mereka. Seperti seminggu yang lalu.

Perkembangan Nem: Ia tampak lebih gemuk, padat, berisi. Hahaha, aku sangat bahagia melihatnya tumbuh ke samping seperti aku. Dengan status sebagai anak kos, ia masih tidak bisa meninggalkan kebiasaan ngemilnya dan sangat menyukai segala lauk pauk.

Nut: "Lagi masak apa Mum?" melongok ke dapur.
Mum: "Gule kambing dengan kaki kambing," *aroma mulai tercium menguar kemana-mana.
Nut: "Yeiks.. aku ga' suka. Lagipula, lebaran kurban udah lewat seminggu.."
Mum: "Hoh! ya sudah, aku pengen kok. Lagipula Nem doyan banget gule kambing!"
Nut: -____-" *makan di pojokan dengan telur asin sambil mengabaikan ulah Ain tadi yang dengan semangatnya menunjukkan gigi kambing meringis di dalam kulkas.

Tetapi ternyata memang Mum sangat mengenal selera anaknya. Nem teramat doyan melahap gule dengan panci di atas meja. Perkembangan lain yang lebih berarti adalah ia mempunyai Ipad 2 sekarang. Tentu saja berkat keberuntungan yang selalu hinggap di atas kepalanya. Aku yang ehm cukup gaptek melek teknologi harus melongo saat menyaksikan Ain dengan asyik bermain macam-macam game di Ipad. Dengan lancarnya ia justru yang mengajariku cara menggunakan Ipad. Bukan saja aku yang terlihat ehm ndeso konvensional. Mum pun akhirnya harus selalu mengalah jika Ain sudah memonopoli Ipad.

Mum: "Ain.. Mum coba ya sayang? bentar aja.. Mum pengen baca Al Quran dari Ipad" *nada memelas.
Ain: *Sibuk sendiri otak atik game layar sentuh.
Mum: "Pinjem ya.. coba sih, Mum diajari."
Ain: *Masih abaikan.
Mum: *berlalu ke pojokan, ngambek.
Ain: "Sini looooh Mum, aku tunjukin caranya.."
Mum: "Ga usah! aku baca Al Quran di sini saja," *buka kitab.

Game yang Ain gemari pun sangat kekanak-kanakan. Oke, maaf, ia memang masih anak-anak. Wajar saja, ia suka sekali dengan aplikasi game Happy Feet yang menampilkan seekor penguin yang akan menirukan kata-kata yang kita lontarkan. Masalahnya adalah game sederhana alih suara itu pun sudah cukup peka tanpa perlu Ain berteriak-teriak di depannya. Betapa menyebalkan saat penguin mengoceh dalam bahasa Jawa dan pertandingan sepakbola Indonesia vs Thailand sedang berlangsung. Serius deh. 

Nut: *mecoba bermain game Rio, The Angry Bird. 
Jir: "Gini Mbak caranya, ketapelnya ditarik biar burungnya nabrak sangkar burung lain," *ajari kakaknya.
Nut: "Oke, gampang.." *praktekan level pertama. GAGAL.
Jir: "Duuuuh....." *nada keluh sangat dewasa melihat kemampuan bermain game-Ipad kakaknya sangat rendah.

Esoknya, secara serius memang penyelenggaraan E-KTP di kecamatan Porong disambut antusias oleh warga. Nem bahkan repot-repot bangun pukul lima saat aku masih terkapar di kasur. Hanya gara-gara antri buat nomor pembuatan E-KTP. Saat ia pulang dari kantor kecamatan untuk menjemputku, aku mendapati tasnya berisi satu kotak aneka kue. Aku pikir kantor kecamatan sangat berbaik hati pada pengantri nomer e-ktp, hingga akhirnya ibu menyatakan itulah kebiasaan Nem. Membeli camilan untuk dibawa ke kampusnya nanti siang. Astaga!

Proses pembuatan E-KTP berlangsung aneh. Maksudku, petugas kecamatan memotret dengan kamera DSLR namun hanya menekan tombolnya di atas tripod. *Sumpah deh! fotoku jelek banget saking tidak siapnya difoto secara kilat. Lalu petugas pun tidak mengetahui bahwa aku memakai softlens warna coklat dan masih tetap meneropong lensa imitasiku. Acara ini berlangsung menyenangkan kecuali petugas kecaamatan yang juteknya minta ampun. 

Nut: "Nem, fotoin dong.." *nyengir innocent di depan kantor kecamatan sambil sodorkan kamera ponsel.
Nem: "Oh iya ya, aku ambil foto kecamatan ah, buat nulis di blog soal E-KTP.." *keluarin Ipadnya. 
Nut: -________________-" astaga! betapa noraknya ia sekarang.