Rabu, 08 Desember 2010

jilbab aneh

Aku hanya coba bereksperimen dengan model jilbab. Aku tidak tahu disebut gaya berjilbab apa itu.. tapi aku sendiri bilang, "ini model arab". Sayangnya, berjilbab dengan tidak biasa, justru membuatku merasa seperti bukan WNI. Tapi well, sepertinya aku akan mencoba lagi kapan-kapan kalo' lagi freak, iseng. Eksperimen yang justru membuatku tidak sengaja bertemu beberapa orang yang kukenal dan menatapku aneh. Sayang belum kufoto, entar deh jika ada sesi kedua pemasangan jilbab model arab lagi. Sebenarnya lazim sih, namun bentuk mukaku menjadi aneh.. cukup komentar 'asem' mbak kosku satu ini jadi faktor penghambat trend jilbab arab:

Nut: "mukaku lucu ya?"
Mbak Sup: "lucu kok."
Nut: sigh* --menghembuskan napas lega--
Mbak Sup: "tapi kaya' kentang. xixixixixi!!"
Nut: Gleks!* --membayangkan kentang ukuran besar, lonjong, dan asimetris. lalu melepas jilbab dengan rasa jengkel--
Nut: "Huh!" *tiba-tiba takjub sendiri mendapati muka yang berbeda di cermin kamar mbak Sup.
Nut: "Eh, mukaku beda banget ya mbak kalo' ga pake jilbab.."
Mbak. Sup: "Ho 'oh beda."
Nut: "Woo.. " *sumringah.
Mbak Sup: "Mukamu kaya' anak cowok kalo gini, buawakakakkakak"
Nut: -__-" (Mbak kos yang kadang tidak bisa diandalkan untuk berkomentar.)

Minggu, 05 Desember 2010

piranti krusial datang

Hore!
Modemku datang. Salah satu komponen utama bagi seorang mahasiswa adalah modem.
Mahasiswa masa kini yang tidak bisa lepas begitu saja oleh aktivitas online dan online.


Modem yang ketinggalan pun akhirnya datang juga, menempuh perjalanannya sendiri yang tak dapat diketahui empunya secara pasti. Berharap tidak seperti kejadian tempo lalu saat pulang ke Jogja. Horror.


Tenang-tenang, akan aku ceritakan nanti..

Namun sebelumnya, aku mendapati paketku sangat mengejutkan isinya. Sebuah amplop coklat dengan alamat yang telah kukenal. Segera kusobek ujung amplop yang terisolasi. Lalu aku menemukan kotak rokok Gudang Garam gara di dalamnya. Speechless.


Mahasiswi diperbolehkan merokok oleh orangtuanya!


Begitu bayanganku selintas mendapati kotak rokok yang berat tersebut. Dan lagi-lagi terisolasi ulang. Di dalamnya alih-alih selusin batang rokok, yang ada adalah modem berlapis tisu berisolasi seperti mumi. Alangkah malang nian nasibmu Nak Modeem!

Jadi, well, modem adalah benda berharga yang harus mendapatkan proteksi ganda berlapis lapis untuk sampai selamat di kamar tercinta.


Welcome.. Timo darling...!
Timo: nama modemku
Epsonia: nama printerku, dia feminin, pernah ga' sengaja nelan jarum pentul. Sudah menjalani operasi usus buntu 3 kali.
Acerio: nama laptopku, dia cakep lho.. tapi sering ngambek. Dia kekasihku sepanjang masa. Sebagian besar nyawaku dia yang nyimpan. *kecuali sih aku beli HD eksternal, haha, mungkin bakal aku pensiunin dia. Telah mengalami gegar-wajah-lcd sih..

Malming nganggur = celoteh panjang

Sudahkah anda mencuci kaki dan tangan untuk beranjak naik ke ranjang yang nyaman?
Oh, meen! this is weekend, satnight, dan tidak ada dalam kamus mahasiswa zaman sekarang tidur sore (pukul sepuluh malam, sore eh?). Apalagi buat mbejog. \m/.
No, no, no. Bukan malam minggu aja jarang sekali tidur sore, apalagi malam minggu. Tidak ada alasan bahkan ketika kamu harus habiskan malam ramai ini dengan kebisuan total di kamar orang.

Dan aku kali ini menikmati malam di kamar mbak Sup dengan sangat damai. Anehnya, mbak Sup tidak tidur mendengkur padahal totally dia tewas, tepar gara-gara aktivitas 24 jam nonstop gilanya.

Sabtu beranjak siang..
Nut: "wew!" melongok ke dalam kamarnya, mendapati sosok itu beku di depan laptop dengan mengenakan sweater hangat coklat.
Mbak Sup: *menoleh secara sarkas seperti vampire dengan kantong mata tebal dan wajah pucat nian.
"Aku-belum-tidur-sejak-semalam"
Nut: "Hooo?!" *jarang-jarang Mbak Sup kuat begadang.
Mbak Sup: "aku-nonton-seri-drama-jepang-udah-sebelas-jam-lebih".
Nut: Gleks!*

Alhasil, sekarang aku yang berdiam diri di kamarnya, di depan laptopnya untuk ber-blogging-ria. Tidak terlalu merasa terpuruk karena malam minggu yang garing dibasahi rintik hujan romantis di luar sana. Apalagi coba kalau bukan alasan minim budget untuk menikmati satnite ramai-ramai di jalan raya seperti pawai. Mungkin juga, kebanyakan cowok yang berpasangan pun lebih memilih acara Tumbuk-Laos-Oh-Indonesiaku seperti fenomena di warung kaki lima depan gang kos, daripada sibuk berkencan, memang.

Banyak 'Klik' 
Sabtu sore, melepaskan penat pun di depan televisi sambil berselonjor. Sibuk berkomentar layaknya pengamat intelek+begok untuk media massa yang satu ini bersama Tep.

Nut: "supernanny sangat lebai.... aku aja ga' pernah protes orangtuaku ga' peduli dengan PR-ku. Haha.."
Tep: "tapi anaknya mang kebangetan.."
 --flat--
  
Ganti channel, ada Sun Go Kong, si kera sakti di TPI MNCtv, sialnya remote kos ngadat. Naik ke atas meja, menghambur ke tivi secara manual balik ke channel-pernah-sengketa tersebut.
Nut: "nostalgia, ah..."
Tep: "Yeks. Ga' mutu.."

Ganti lagi, TVRI, ibu-ibu kasidahan.
Nut: *tampak sangat menikmati.
Tep: "seleramuuuuu..."
Nut: "Lho? kenapa? ini ingetin aku sama hajatan tetangga. Merakyat sekaleee.."
Tep: -Siiing-

Ganti lagi, National Geographics, yang sedang menayangkan suku pribumi-negro-asli di pedalaman Afrika --InsyaAllah--
Nut: "Wao!" *takjub. "Silau!" saat salah seorang penduduk setempat nyengir close up di layar tivi.
Tep: "Hei! ga' boleh rasis!"
Nut: "Bukaaan! justru rasanya terang banget hidup mereka. Tanpa pasta gigi, dan sekali senyum langsung kekontrasan yang ada membuatku merasa mereka sangat manusiawi.."
Tep: "Apa maksudmu?"
Nut: "bahkan kambing tumbal ritual mereka pun item. Untung lebih item dari mereka. Tsk..tsk..tsk.." *geleng-geleng kepala.
Tep: "Astagpirulohaladziim Nut" *gemar bertobat karena komentar temannya. \m/


Ganti lagi, Arirang, dengan grup vocal rombongan korea seperti biasa.
Nut: "Eh, itu personelnya T-Max nongol! dia pindah grup po?" *nada sotoy.
Tep: "Pasti nggak! salah liat!" *tidak rela.
Nut: "Nggak mungkin. itu dia! apal banget aku!"
Tep: "Bukan! ganti! ganti! lupakan..! pasti bukan anak T-max."
 Ngalah, karena Tep lebih tahu seputar Korea-Jepang. 

Ganti lagi hingga ke Insert Investigasi. Salah satu investigasi paling tidak bermutu di dunia.
Selama setengah jam mengkritik habis-habisan tayangan tersebut. Isu yang diangkat tentang bentuk awan-awan yang mistis, serta alien.
ALIEN.
Dan komentatornya bolak balik,
Chelsea Olivia, Glenn Alinsky, Yuri Kato, dan Artis blasteran entah siapa.


Nut: "ini program, pasti lagi ga' ada gosip hot yang bisa dibahas."
Tep: "Bener..  liat tuh background ruang komentatornya sama."
Nut: "males tuh wartawannya.. pasti di satu lokasi syuting.."
Tep: "Nggak penting".
Nut: "Iya, artis kok dimintai pendapat soal awan dan alien.."


Chelsea:  "menurut aku, yah Amerika itu kan negara yang udah maju banget kan? teknologinya canggih. Bagus sih kalo' mereka bisa menemukan kehidupan lain selain manusia di bumi. Kalo' Indonesia aku rasa belum nyampe ya..." *dengan intonasi profesional seperti Mr. Surono.

Nut: "iya, belom nyampe nemu Alien. Kerjaan masih nyampe Cinta Fitri season berapa... seharusnya mereka itu ditanya soal prediksi dan sudut pandang kesinetronan bukan alien.."

Setelah puas membantai tivi di ruang tengah, aku dan Tep beralih ke kamar. Kami membahas tentang apa pun. Dari bagaimana cara membuat hiasan dari kain flanel hingga artikel Alasan Cowok Putusin Kamu di salah satu majalah cewek.

Tep: "Pertama Dandan kelamaan.." *membaca potongan faktor begok tersebut. "Tuuuuuh, kamu banget dah Nut!"
Nut: "Emang aku dandan?" *masang muka innocent.
Tep: "Ga' juga. Tapi kamu selalu mepet! buat banyak cowok menunggu!"
Nut: "Hehe.. lanjut..."
Tep: "Kedua Jarang mandi.."
Nut: "Nah itu kamuuuuuu! Ahahahaha!"
Tep: "Ga' ah! ga' logis! *menggerutu,  "biasa aja kali kalo' jarang mandi. Masa' mpe diputus."
Nut: "Yee.. gilirannya ga' terima...." 
 
 Lalu beralih ke kamar Tep. Kami berdua berdiri di depan pintunya seperti dua orang filsuf. Serius berpikir bagaimana hiasan kayu bertuliskan NICOLE bisa terlepas dari sana. Hiasan peninggalan penghuni kamar sebelumnya itu membuat Tep sering diledek teman-temannya.

Tep: "Aku ke atas dulu yaa, mau ambil tas di kamarku.."
Temannya: "Ihh.. itu kan bukan kamarmu. Itu kamar Nicole.." *nada sarkas.
Tep: *Gleks!

Akhirnya Tep mulai berusaha mencabut huruf-hurufnya. Dan aku sebagai asisten sorak-sorai-penyemangatnya.

NICOLE
-E
("Yee! berhasil")
-L
("Semangat Tep!")
dan "O" mengalami kesusahan melepaskan diri.
NICO
("Yeeey! setidaknya namamu Nico sekarang. Kereen... kamu cowok!)
Tidak terima, Tep ngotot melepas -O
NIC
("Wooo! Cool.. Nic.. tambahin jadi Nickname: Tep.. Hoaa!")
Dengan semakin tidak sabar dan brutal Tep menarik papan nama tersebut.
LEPAS.
Seperti keajaiban tahun ini, karena betapa rekat hiasan tesrebut menempel seperti kutukan.

"Akhirnya..!" Tep mengusap peluh. Lalu berjoget, bergoyang goyang dengan rambut dimirip miripkan iklan shampoo lifebuoy..
Ia tampak sangat senang atas keberhasilannya. Dengan semangat membuang papan nama tersebut. Aku pun ikut melompat-lompat dan berjoget ala chibi maruko chan.

"Yang namanya udah lepas jadi LEO, nama cowoknya temenku di kampus. Ah aku sms ah.. besok aku beriin ke dia aja."

--*takjub, alangkah kreatifnya temanku satu ini
--
Lalu giliranku memaksanya menggotong meja di ruang tengah masuk kamarku. Yang sebelumnya aku diam-diam telah mencuri kursi cuci baju untuk acara mengganti lampu yang gagal sejak kemarin.
Nut: "Astaga! kamarku mirip ruang tamu!"
Tep: ---Siiiiiing---
Nut: "Ngomong-ngomong, aku merasa seperti wanita perkasa" *sambil jinjit dan membalut lampu dengan jilbab saking takutnya kesetrum.
Tep: "Ishh! bukan saatnya komen!" *sedari tadi was-was akan kekuatan meja dan kursi yang tak sanggup menopang berat badanku.
Nut: "Tapi.. lebih perkasaan kamu sih. Haha.. adegan cabut papan yang sadis."
Tep: -______-" 

Andai saja, Phillips membuat lomba tulis pengalaman berkesan soal produknya, mungkin aku bisa saja menang..

...Naik ke atas, dengan meja dan kursi yang ditumpuk, akhirnya kugapai lampu lama dan diganti dengan yang lebih bersinar cemerlang. Untuk otak yang lebih cemerlang, tajam, dan cadas. Hahaha.. salahkan lampu kamar --karena bukan phillips sih-- jika sebelumnya otakku butek, lamban, bahkan begok.
Dan akhirnya malam ini TARAA!!!
Enlightment
Terang Benderang.

Dan terakhir, malam ini ditutup dengan chat pendek-aneh dengan bibi.

 
lovegoodhermione: lgi lemot iki
rattanbay: Koneksi dungu
lovegoodhermione: iyoo
 rattanbay: Eh, terus aku karo mbahmu foto karo bencong.. Hihihi...~ nancy
lovegoodhermione: oooh..

Lalu sebagai keponakan yang baik aku mepromosikan blog lajang-menikah yang sangat cocok untuk asupan gizinya. Promosi panjang lebar setelah dia antusia tanya tentang blogku.

Blablablabla.... 

Respon finally:
 rattanbay: Hmm... Tak nonton harry potter sek..

---Siiiing-- 

lovegoodhermione: gelodak! *LOL.  aku wes nonton lho...
rattanbay: Loh, aku nonton ndek trans tv iki
lovegoodhermione: ealaaa. ck3.
rattanbay: Lek sing paling anyar aku wes nonton
lovegoodhermione: ho' o apik
rattanbay: Hermione ayu pol!
lovegoodhermione:
itu kan akyuuu..! ahahahaha *icon kacamata hitam. 

Tidak ditanggapi, mungkin telah maklum dan terbiasa. 
 
rattanbay: I love the way she dress up
lovegoodhermione: thanks atas pujiannya.Hoho. Sponsorku didukung Burberry dkk lhoo..
rattanbay: Iyo, jaket2nya luar biasa kerrrreeeeeennnnn...

rattanbay sudah sign out. (12/4/2010 10:37 PM)


--flat-- 

Aku dan Malming awal Desember = Menyampah di Blog.
\m/


 
 
 

Kamis, 02 Desember 2010

Dilema tidak penting

Di tengah rasa perut yang bergejolak, sulit dibedakan antara perih maag atau 'dilepen' karena tamu yang invasi mendadak, aku justru beritikad menulis. *dasar mbejog. Padahal, jauh-jauh hari aku absen dari dunia konyol ini. Lebih banyak terperangkap oleh mendung dan hujan dan lahar Code. Oke, oke, tidak sampai membuat kos banjir. Hanya saja.. akhir-akhir ini kamarku lebih menyerupai kapal Titanic. Sure, it was a cool view.

Lalu, sore sampai malam ini aku berdiam di sudut cafe mungil, tempat kerja rekan seperjuangan menulis berita. Yap, deadline reportase menyebabkan pengambilan keputusan strategis nan bego' untuk mempertahankan segala keeksistensian aneka macam menulis.

Ada kursi oranye nyaman.
Ada sepiring pancake cappucino dan segelas jus pisang.
Ada fasilitas wifi.
Ada full music menye-menye --oke, ga' semuanya sih--
Ada rekan kerja si Zud, yang mempunyai vitalitas tinggi seorang reporter, aplaus.


Tetapi, akhirnya tetap saja, aku-anak-Indonesia-asli. Tidak bisa bertahan tanpa nasi. Kurasa, ini maag deh.. perih minta ampun. Setelah dilema, apakah nyeri perut akhirnya divonis maag atau 'dilep', sekali lagi meneguk sirup berhias lambung pink yang so sweet. --Aku kira aku sangat berbakat menjadi bintang iklan sirup maag gratis ini dari klinik kampus--

Dan membayangkan seseorang akan bersikap 'jutek' lagi jika mengetahui seorang 'mbejog' suka menelan obat lebih dari dosis yang ada karena rasanya yang enak. 

Namun dilema terparah seringkali aku alami untuk memilih sesuatu yang sepele. Seperti malam ini, bingung memilah notes yang akan aku beli. Perlu diketahui, mahasiswi-jarang-mencatat ini sangat menggilai notes yang lucu-lucu gambarnya. Tapi akhir-akhir buku-buku note tersebut selalu berakhir mengenaskan.

  • Note bersampul kain batik: hari pertama= tulisan warna warni kecil-kecil, sepuluh hari kemudian= sumpah serapah.
  • Note blaster pelangi tebal: hari pertama = jadwal kuliah, dua minggu selanjutnya = lenyap karena kepikunan.
  • Note 30 macam gambar made in korea = hari pertama: niat untuk mencatat mata kuliah, selanjutnya belum 24 jam telah berganti fungsi menjadi catatan travelling melankolis.

Huft.. dan tidak kapok. Merasa tengah semester ganjil ini masih harus diawali dengan buku baru.
 Jadi, tidak sengaja menemukan notes mungil-mungil di rak toko girlie. Dan mataku serasa tidak mau beranjak dan ku t'lah jatuh cinta. \m/

Dilema terjadi: 
Ada satu lusin kali aku membolak balik aneka notes, mempertimbangkan cover, tampilan dalam halamannya, kertasnya, ukurannya, teksturnya, hingga gaya ilustratornya mendesain gambarnya.
Kebingungan terjadi tatkala, ada dua notes tambatan hati, dan dilarang mendua untuk apa pun urusan.

1. Note bercover polos putih dan gadis memegang balon simpel unik, namun hiasan dalamnya terlalu ramai. Nantinya akan mengganggu acara menulis misal: Eksistensi Tek (ketabrak gambar babi merah) Nologi dan .... *ah, ga' intelek kesannya.
2. Note bercover tulisan bijak, seperti inspiring your life... dsb, namun di dalamnya, hiasan sudut kertas sangat natural cocok untuk tulisan ekspresif dan cakar ayam.


Dilema akan tampak norak jika diperhatikan mbak-mbak penjaga tokonya terus menerus. Membuatku susah konsentrasi menuruti naluri. Dan teringat acara shopping dua bulan yang lalu. Sahabatku, si Donn hingga geleng-geleng kepala lalu frustrasi karena proses penyeleksian high heels mendapat tantangan dilematis yang akut.

Antara high heels warna peach simpel dan high heels  warna peach coklat temali elegan.


Nut: Hadoooh! Yang mana ini? semua bagus... mana yang lebih seksi Donn di kakiku.." *sambil memiringkan tumit dan mata kaki.
Donn: "Dua duanya deh, beli semuanya sonoo.."
Nut: "Ga' mau! poligami dong!"
Donn: *Grrr... "Apa hubungannya coba?"
Nut: "Memilih sepatu itu layaknya memilih calon suami" *mulai ngelantur, duduk di sebelah Donn sambil menepuk bahunya. "Gini yah, kamu pilih mana, cowok A yang apa adanya namun cukup protektif ke kamu, tapi kamu nyaman dikekang dia.. atau cowok B, yang keren, karismatik, namun ia terlalu bebasin kamu berbuat apa pun. Selalu terserah kamu.."
Donn: Siiing* melirik kanan kiri, berharap pramuniaga bagian sepatu wanita tidak mendengar ceramah Nut.
Nut: "Jadi.. ni yang kiri, si cowok A, terus yang kanan si cowok B, kalo' kamu jadi aku pilih mana Donn?"
Donn: "Hm.. yang kiri mang pas banget, tapi yang kanan feminin manis gitu.. aneh ya.. apa boleh buat, cuman ada ukuran itu kan? 38?"
Nut: "Hoaah! yang kiri 38, yang kanan 39.."
Donn: *Gubrak! "Jadi dari tadi.."
Nut: *Nyengir innocent.
Donn: "Dodol! pantes beda! Udah! cepat bayar yang cowok A! *Kalap.


Dan kesimpulan hari ini: akhirnya membeli note yang bertemakan Pinokio. Entah Mengapa. Di toko tadi, si Pinokio membius, di cafe ini.. Pinokio terasa berhasil menipuku. Tapi at least, ini bukan pilihan yang buruk kok. :P


Yang penting tidak menyesal seperti adegan-tas-sial tiga bulan yang lalu. Saat itu di swalayan, seorang diri aku menemukan TAS KEREN, seharga 14.500. Sumprit! saking tak percayanya, aku melongo lebar. Mangap, meneliti per sudut tas. AKU TIDAK MAU DITIPU. Cek harga setengah lusin kali, itung angka nolnya. Dan bayangin akan aku pakai kemana tas itu. Luar Biasa. Namun sementara, aku berpaling, niat 5 menit lagi balik, dan ingin menengok koleksi barang yang lain.

Sepuluh menit kemudian: TEWAS.

Dua orang mbak-mbak berdialog mengenai ketidakpercayaan terhadap harga sebuah tas dan dengan pedenya nyelonong di depan hidungku, untuk segera membayarnya ke kasir.

Broken Heart Parade!
Lagu Good Charlotte menendang nendang ulu hatiku.
Arggghhh!
It's Mine! MINE!
Ingin kucekik mbak penyerobot klaim tas murah itu. Namun, well, pulang tertunduk lesu. Menatap nanar harta karun tersebut.


DILEMA DAN KETIDAKPERCAYAAN ITU MENYERAMKAN KAWAN.