Senin, 30 April 2012

Suasana Saat Telepon


Hal yang paling memungkinkan untuk dikerjakan saat bangun pagi lantas mendapati kelas kosong adalah menelepon keluarga. Seperti biasa, Mum ribut tentang berbagai hal dan sedang ribet memandikan si Ain yang masih TK. Kali ini ada si Mir, adikku yang syukurlah sudah menempuh UN SMP dengan selamat, sekarang sedang mengalami masa puber.

Aih, maksudku, aku jarang sekali bertemu dengannya, karena aku di Jogja dan dia di pesantren di kaki gunung nan jauh. Terakhir kami bersua sebagai kakak adik pun aku hampir lupa kapan tepatnya. Tapi yang jelas, aku masih teringat areal asrama serta sekolahnya yang dikelilingi hamparan perkebunan dan serasa Mir-Mir bertapa di sana.

Aneh juga, saat aku meneleponnya, aku mendengar suara yang besar dan serak, dan Ya Tuhan, dia malu-malu kucing. Maksudku, dia jadi canggung dan hanya mengucap sepatah dua kata, tampak seperti kebingungan berbicara dengan mahasiswi tua semester mau akhir. Ya ampun, adikku.... sekarang aku tidak bisa semena mena mencium pipinya. 

Aku menelepon dengan bolak balik ditanggapi oleh Mum, Mir, dan Ain. Seperti biasa, Ain suka badmood kala pagi, dan bersikeras menjerit, malas menerima teleponku. Tapi saat kuancam kurayu tidak kubelikan baju, dia mau menerima teleponku.

Nut: "Mau baju yang kaya' apa?'
Ain: "Itu loh Mbak, yang bagus.. yang kayak itu, yang pink atau biru, yang sama Ibuk liatnya.."
Nut: -_-"
 "Oke, yang panjang apa pendek?" *bahkan aku ga' ngerti maksud pertanyaanku.
Ain: "Yang panjang."
Nut: "Oke, terus kamu mau ngapain sekarang?"
Ain: "Mau berangkat sekolah, mau difoto."
Nut: "Buat apa foto?"
Ain: "AKU KAN MAU LULUS!"
Nut: Jleb! *syok berat, 


batin menjerit pilu;
 terus-aku-kapan-lulusnya? adikku yang TK B saja mau wisuda. \m/




Tenang, galau skripsong semester 6 baru saja dimulai, Kawan.

Kelas Senin Pagi


Senin di semester 6 itu ibarat Senin di sekolah yang selalu dimulai dengan upacara pagi. Jadi, aku sengaja bangun pagi dan siap-siap mengayuh sepeda. Hanya saja bukan lapangan upacara yang menunggu, tapi selingkaran mahasiswa dan dosen di kelas eksklusif Komunikasi dan Perubahan Sosial. Kelas hanya terdiri dari 18 orang dan selalu kehadiran kurang dari sekian. Bisa kau tebak? Kau tidak akan mendapat kesempatan untuk sibuk tidur, bergosip, atau coret coret di kelas. Tapi syukurlah, dosenku sangat menyenangkan. Meski kadangkala sangat amat perhatian pada tiap bocah di kelas.

Nama dosen ini Mas Riz. Berhati hatilah masuk kelasnya, karena tugasmu akan dibaca kata per kata olehnya. Ia akan tahu kemampuan EYD dan bahasa Inggrismu. Ia pasti tahu kau tidak mengerjakan PR, maksudku tiap tugas individu dipresentasikan sebentar di depan kelas, dan parahnya ia tahu betul kau sering alpha atau telat. Sedikit seram memang, tapi yah begitulah, mungkin karena golongan darahku AB. Aku lebih sering menyukai pengajar yang kerapkali tidak begitu diminati teman teman. Jadi, abaikan jika pengalamanku selama 5 semester bersama kelas Mas Riz selalu berkesan. Percayalah!

Suatu kali, tugas kuliah hanya selembar kertas berisikan ekspektasi mahasiswa terhadap kelas Komunikasi dan Perubahan Sosial. Dan aku menuliskannya dengan cukup menghayati dan berpikir dalam bagai seorang filsuf. Mas Riz, menanyai kami satu per satu di kelas tentang harapan kami di kelas tersebut.
Dan aku, begoknya, sering salah ucap.

Mas Riz: "Nutia, apa harapanmu ke depan untuk kelas ini?" *ia menanyaiku dengan serius.
Nut: "Er....." *kadang terlalu banyak yang ingin diucapkan membuat otak macet.
"Tidak ada Mas."


TOENG!
Seisi kelas menatapku kaget.

Mas Riz: *berseru lantang, "Okeh! Nutia ga' ada harapan di kelas ini!"


Mampus.

Nut: "Eh bukan gitu Mas, maksudku--"
Mas Riz: "Nggak! Udah, tidak ada harapan bagimu..! *sambil mengibaskan tangan dan melulu mengabaikan tanganku yang terangkat ke atas.

-_-"

Masalah umum hampir di setiap kelas, semangat mahasiswa itu relatif, naik turun. Saat aku semangat presentasi dan begadang semalaman, Mas Riz sedang on the way di luar kota. Saat aku sekarang merelakan alam mimpiku pergi di pagi yang mendung, dan siap siap dan betulan mandi, Mas Riz demam. -_-"

Itulah kenapa aku sering berada dalam situasi yang tidak tepat. Dan memilih pulang, beli gudeg seperempat telor dan jajanan pasar untuk sarapan. Hanya saja, saat UTS kemarin aku serasa berada dalam detik keberuntungan. Maksudku, ayolah, tugas UTS hampir 90% Take Home, alias paper, alias boleh dikerjakan dengan guling guling di kamar. Begitu pula mata kuliah ini yang mewajibkan mahasiswanya memilih salah satu dari tiga tema besar untuk tugas esai.

Alamak!

Padahal tema lain sudah kurencanakan sejak awal. Ditambah, kau tahu kan? aku payah saat mengerjakan esai yang dibatasi 4 halaman, dan terpaksa dengan memalukan aku tabrak margin kanan kirinya. Aku berpikir lama, untuk memutuskan menggunakan font Calibri kesukaan Mas Riz atau Times New Roman,dan kebingungan saat hendak menggunakan Calibri 11 seperti normalnya, tapi di soal ditulis font 12 *oke, parah. Ditambah lagi mau tak mau, tema yang paling mudah dan relevan buatku adalah Korean Wave.

Oh, please...

Semalaman aku mencoba menelan kegetiran dengan melahap informasi apa pun tentang boyband dan girlband. Tentang bagaimana SM*SH terbentuk, tentang website resminya yang feminin unyu-unyu banget (wajar dibilang laki-laki separoh matang oleh para lelaki tulen), juga tentang bagaimana fanatiknya penggemar K-pop, dan iklan SNSD yang cukup guling guling di kasur sambil merengek manja, serta berpuluh puluh halaman situs yang lain. Apa pun itu, aku menahan "huek" terhadap fenomena yang kelewat berlebihan ini.

Maaf bagi penggemar K-Pop, jaya selalu ya! Saranghaeyo.. Sarang burug walet..

Alhasil, aku bangun kesiangan dan meneruskan menuliskan lembar analisis dan yah, aku ngebut di jalan. Tepat di kantor staf karyawan kampus, bapak-bapak penjaga ruang ujianku sudah bersiap memasukkan paper ujian ke amplop coklat. God save me, bapak tersebut bersedia menerima paper hangatku meski sedikit menggerutu.

Dengan lega, aku bergegas pulang, dan kebetulan bertemulah aku dengan teman KKN.

Lib: "Ngapain Nut?"
Nut: "Biasa.. take home.."
Lib: "Oh, berapa yang take home?"
Nut: "Hampir semua. Eh, udahan dulu ya.. mau mandi nih."
Lib: *mendelik, syok

Di luar front office aku mendapati Dik, tergopoh-gopoh hendak mengumpulkan ujian. Senasib. Namun celakanya, makalahnya tidak diterima. :( Dan alhasil, ini menimbulkan sedikit omelan Mas Riz atas keterlambatan mahasiswa mengumpulkan paper.

Fyuh.
Kali ini aku lolos dari omelan mautnya.


Jumat, 27 April 2012

Sastra dengan Kedekatan Geografis


Suatu malam, aku dan Yoah sedang duduk di pinggiran warung kaki lima. Kami sedang membicarakan karya sastra setelah aku kenyang, karena Yoah sudah makan sebelumnya. Dia tetap bersikeras bahwa Tolstoy dan Pramoedya Ananta Toer lebih keren daripada Arswendo Atmowiloto. Yah, kadang selera kami begitu jauh berbeda. Namun itu yang membuat kami bisa bertahan lama untuk mendiskusikan sesuatu dengan sok berapi-api, yah, namanya juga anak muda. Masa muda adalah masa yang berapi api. Bahkan saking keras kepalanya Yoah, ia tidak peduli jika aku terus menerus mendesaknya membaca Harry Potter atau Laskar Pelangi. Yoah kadang punya seleranya sendiri. Seperti saat kami memilih buku di antara rak-rak perpustakaan. 

Nut: "Psst.... hai!" *berdesis, di sela tumpukan buku. Dia di seberang. Kiranya ini romantis, hahaha, menurutku loh, bertegur sapa dan curi pandang di perpustakaan adalah momen yang klasik sentimentil. 
Yoah: *noleh, lalu kembali sibuk memilah buku. Sangat dingin, sebeku buku kuno.

Nut: "Jadi, kamu mau pinjem apa?" *colekku akhirnya, bergegas menghampirinya dengan tiga buah buku.
Yoah: *menunjukkan novelnya Ahmad Tohari, Ashadi Siregar, dan.. Wiji Thukul?... dengan bangganya.
Nut: "Itu Tukul Arwana? Dia nulis novel juga?"
Yoah: "Iya. Tapi ini buku kumpulan puisi, bukan novel.."
Nut: "Tumbeen..."
Yoah: "Yah, sekali-kalilah baca puisi.." *dengan nada sok bijak.
Nut: -_-" *padahal Yoah tak pernah sekali pun beritikad mulia menulis puisi.

Yoah: "Jadi.. kamu pinjem apa?"
Nut: *menunjukkan novel pertama Hemingway, kumpulan cerpen Kompas, dan novel entah siapa penulisnya. Jujur saja, aku tertarik dengan covernya yang bergambar beruang kutub. (Sudah pernah kubilang? sesekali judge book by cover ya..)
Yoah: "Siapa ini? emang bagus?" *mengamati beruang nungging dengan ekspresi nyinyir. Dia kadang sebelah mata dengan novel-novel kontemporer.
Nut: "Jadi, ngapain kamu minjem novelnya Ahmad Tohari lagi? Bukannya udah baca ya?" *ngelirik novel bercover merah monoton.

Dan butuh semenit buat Yoah yang katanya, daya ingat cukup tinggi, tapi nyatanya kadang kalau ia sangat antusias terhadap suatu hal, jadi sangat aneh.

Yoah: "Oh iya ya.. aku udah baca" *nyengir inosen. Sama halnya dengan mimik mukanya yang ngotot mau beli Musashi dan Naga Bumi sekaligus dari gajinya bulan depan lalu akhirnya berkata, "Oh iya.. ya.. aku masih ada utang.." *inosen

-_-" yap, harap maklum.

Jadi, di warung kaki lima pun Yoah kembali melahirkan ekspresi luar biasa polosnya, mirip gadis desa.

Nut: "Terus menurutmu gimana tulisannya Bang Hadi?" 
Yoah: "Bagus.. ya, masih kayak setting Cintaku di Kampus Biru.. ada Kaliurang, ada UGM... terasa duekaaaaat sekaliiii..." *ekspresi antara terpesona dan polos.
Nut: "Bego! yaiyalah deket banget! Kamu dimana.... Bang Hadi dimana...? orang sama-sama warga UGM!"
Yoah: "Oh iya.. ya.."
Nut: -_-"




Tosca yang Misterius


Banyak hal yang biasa terjadi mendadak, tanpa diduga sebelumnya, meski sesekali dibatin kapan selesai ngambeknya. Salah satunya yang suka bertingkah labil berkepanjangan itu ponselku. Entah apa ia meneladani betul emosi empunya atau hanya karena ia memang mau ngambek. Sejatinya, benda mati juga bisa demonstrasi. Percayalah!

Ponsel ini, si Tosca, aku baru beri nama sekarang agar ia tak ngambek lagi, (padahal lupa nama aslinya dulu), merupakan ponsel yang masih berumur 11 bulan. Katakanlah begitu, dan memang ini sangat penting menyangkut kartu garansi. Nah, si Tosca tak pernah kumanja. Sungguh! Kadang ia terjatuh, terpeleset, demam, berminyak, dan tereksploitasi oleh ketikan sms sms panjang. Maksudku, yah, meskipun aku agak militan terhadapnya, aku percaya Tosca, ponsel yang kuat meski bukan jadi ponsel yang pintar.

Kegunaan Tosca sehari hari bagi Mbejog sebenarnya simpel. SMS, telepon, sesekali ambil foto, setiap jam setengah enam bagi jadi alarm (tapi jarang sekali sukses bangunin empunya), dan untuk menyimpan kontak hp relasi. Bahkan, sepanjang hidupnya denganku, Tosca nyaris tidak pernah terkoneksi dengan internet. Ia pun tak ikut-ikutan digunakan untuk main game atau aplikasi sejenis BBM dan sebagainya.

Tetapi kadang akan menyakitkan baginya, aku suka beralibi bahwa Tosca adalah produk gagal sebuah perusahaan besar. Wajar saja sebenarnya aku mengatakan seperti itu, karena dilihat dari style-nya yang futuristik minimalis harganya sangat minim. Jadi kalau dia bertingkah aku akan jelas katakan pada seseorang, dua orang, tiga orang, siapa pun yang tertarik dengan Tosca, bahwa dia produk gagal (toh lubang speaker Tosca dari kelahirannya sudah cacat, tertutup dan sekarang berdebu).

Ah, kasian bukan?
Macam anak tiri yang tak diakui oleh ibu angkatnya.

Lalu yang paling ajaib adalah saat dia ngambek. Itu berarti Tosca gemar hang dan error sendiri, keypad QWERTY yang tersembunyi di balik slide tidak dapat digunakan, dan itu artinya: bersiaplah belajar sms dengan keypad vertikal dan konvensional.

Jadi, suatu ketika aku bawa Tosca ke servis resmi perusahaan tempat dia dilahirkan. Aku mengantri cukup lama bersama bapak-bapak yang mengeluhkan mesin cuci, tablet, TV, dan apa pun yang dihasilkan pabriknya Tosca. Di sebelahku duduk pasangan kekasih yang saat kutengok, mereka juga hendak mengeluhkan ponsel mereka. Persis seperti punyaku. Lalu kami sibuk bercerita, berbagi nasib yang sama. Dan sama sama membatin memang Tosca dan banyak kembarannya di muka bumi ini adalah produk gagal.

Maka tibalah giliranku maju ke depan, ke meja customer service.
CS: "Selamat siang, bisa dibantu Mbak?"
Nut: "Iya, ini saya mau nyervisin hp saya.."
CS: "Keluhannya apa saja ya?"
Nut: *menyodorkan Tosca, "Ini Mbak, kalo dibuka slidenya jadi error, harus ditunggu buat ngerestrart sendiri, terus kalo' dibuat ngetik sms ga' bisa, terus speakernya ini kenapa ya? terus..." *mengoceh panjang lebar.
CS: "Oh ya Mbak, kalau garansinya masih berlaku tidak dipungut biaya. Tapi memorinya akan kehapus semua selama diservis jadi tolong diback-up dulu.." *mbak CS mulai mengecek Tosca. Saat slide-nya dinaikkan, Tosca tetap menyala normal, bahkan saat digunakan untuk mengetik.
Nut: "Eh..? Kok bisa ya? Tadi beneran ga' bisa loh Mbak!!!" *takjub tapi malu, karena Tosca tiba tiba pamer jadi ponsel budiman. Sedangkan Mbak-mbak CS hanya tersenyum kalem namun menusuk.

Tosca sangat misterius sangat ngambek. Berbulan-bulan berselang, eh, dia ngambek lagi. Awalnya aku sudah bersabar dan menerima dengan ikhlas. Pelan pelan aku belajar sms secara konvensional dan vertikal, karena keypad luarnya memang dirancang ribet. Sudah seminggu lebih dia ngambek tiada akhir. Aku pun berpikir membawanya ke service center, dan sangat yakin kali ini Tosca akan dioperasi.

Terlebih, saat aku sedang cantik dan kamera Tosca pun ternyata tidak berfungsi.
Nut: "Hoooo...? kenapa ini Hape? ah, Siyaaal!" *melemparkan Tosca ke kasur.

Terlebih lagi saat tidak bisa sms panjang.

Si X: "Nut, kamu masuk kuliah?"
Nut: "Y"

Terlebih saat Tosca dimatikan tiba-tiba bisa hidup sendiri, horror.

Terlebih saat Tosca yang bermodus silent dan hanya getar jadi berisik.

Terlebih saat Mbejog nyicil nyatat kontak Hp relasi sudah nyampe abjad "B" di pembekalan KKN.

Lalu, suatu sore yang santai, Tep masuk kamarku setelah dia bercerita hapenya hilang kemarin lusa.

Tep: "Kenapa lagi hapemu?"
Nut: "Hoo.. kamu pasti ga' percaya, cek deh!" *mengambil Tosca dan berniat menunjukkan bahwa hape itu tidak dapat dipakai memotret.

Mendadak BISA.

Nut: "HOOO...?!!" *kaget.
Tep: "Kenapa? geje!"
Nut: "KOK BISA? TADI..--KEMARIN-KEMARIN GA BISA!!"
Tep: -_-"
Nut: *buru-buru nyoba ngetik sms pakai keypad QWERTY. Dan hasilnya... bisa. "Aaaa....!!!" *melolong frustrasi. "Dia udah nggak ngambek! padahal aku mulai terbiasa pake sms konvensional. Duh, aku servisin ga ya? kalo' entar dia ngambek lagi dua bulan lagi, garansinya udah habiiiss..... dan ga gratis lagi...  !!!"  

\m/ \m/ \m/




Senin, 23 April 2012

21 itu... sesuatu!


Kali ini memang agak berbeda. Aku agak malas membalas komentar satu-satu selamat ulang tahun di jejaring sosial, jadi kusengaja dengan kejamnya, kusembunyikan tanggal lahirku. Berkali-kali sebelumnya aku juga katakan pada Yoah bahwa ia tak perlu memberiku kado. Maksudku, hello, aku bukan anak anak lagi yang mengidam-idamkan kado macam dari sinterklas. Hanya saja mungkin sekilas aku sok dewasa. Parahnya, adalah saat pukul 11.45 WIB, serius pukul 12 malam kurang seperempat, Yoah datang dengan bungkusan pesanan.

Yoah: "Selamat ulang tahun.."
Nut: "Ini jam berapa..?"
Yoah: "Di hapeku udah jam 12 weeek!"
Nut: "Lah, dari dulu jam di hapemu emang lewat 15 menit."
Yoah: "Biarin, pokoknya aku udah ngucapin dan sekarang jam 12 malam." *keras kepala + ego lelaki + mekso.
Nut: "Astaga.. Yoah, kan udah kubilang kalo jam kelahiranku ini masih abstrak. Aku curiga ulang tahunku tanggal 12 bukan tanggal 11 April, masih besok mau tengah malam aku lahirnya kira-kira.." 
Yoah: *cuek bebek sambil mengangsurkan kantong plastik isi buryam seperti biasa.

Aku terbengong bengong, karena juga mendapati isi kantong plastik besar isinya abon dan bubur instan. Dengan terharu aku menyerap buryam yang masih panas. Dan meski bukan dimaksudkan untuk kado, bubur instan dan abon adalah kado ulang tahun paling brillian yang pernah Nut dapatkan.

Yoah: "Udah gih, masuk sana! nanti masuk angin!"
Nut: -_-" *rasanya dia memperlakukan hari ulang tahun seperti jam besuk di rumah sakit.

Esoknya, UTS jam tujuh pagi.

Dengan tergesa-gesa aku berangkat ke kampus. Merutuk karena tanggal lahir ini selalu bertepatan dengan prosesi UTS. Lalu sampailah pada kelas yang dituju dengan ngos-ngosan. "Hosh..hosh.. absen 11, Hoooh!" aku melirik kartu ujianku dan mencocokkannya pada nomor kursi. Ya ampun, 11! Brillian, di tanggal 11 April aku mendapat kursi nomor 11, pasti ini hadiah dari staf kampus.

Dengan semangat, karena mata kuliah ini sengaja mengulang, maka segera aku kerjakan. 10 menit kemudian... kertas absensi tersodor, aku segera hendak menandatangani kolom nomor 11, tapi alamak! Bukan Amanatia Junda! Harusnya, aku histeris dan langsung pingsan. Ini sangat horror. Kau bisa bayangkan, jangan-jangan aku sudah meninggal dan tanpa sadar gentayangan untuk ikut UTS, lalu kursi yang aku duduki sebenarnya kursi orang lain karena nyatanya aku tidak pernah terdaftar dalam kelas ini!

Akhirnya dengan lemas aku acungkan tangan.
Nut: "Err... maaf, Bu.. saya kayaknya sudah meninggal salah masuk kelas"
Bu Pengawas: "Kok bisa? ruang berapa? ujian mata kuliah apa?"
"Nut: "Err... kayaknya ruang sebelah.. jadi gimana? saya kerjain di sini saja atau pindah?"
Bu Pengawas: "Sebentar saya tanyakan ke pengawas yang lain."

Ya ampuun, bisa kau bayangkan? hanya aku satu satunya angkatan tua senior, karena rombongan teman temanku yang mengulang di kelas sebelah. Alamak! Malu sekali sama adik adik kimcil kelas yang sepertinya menatapku dengan pandangan penuh curiga. Akhirnya, aku diizinkan keluar dan ganti kelas dengan satu nomor yang sudah aku kerjakan. Ugh! beruntung sekali, kursi sial nomor 11 di kelas salah alamat tadi kosong dan tidak datang penghuni aslinya.

Pagi resmi datang. Itu tandanya, yah katakanlah, umurku 21 tahun sekarang. Yippi! ajaibnya, yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun, hm.. Yoah masuk hitugan ga' sih?, adalah..... KASKUS.

-__________-" it'sooo AMAHZINGG!



Kami dari Kaskus - The Largest Indonesian Community mau mengucapkan Selamat Ulang Tahun untuk anda di hari yang spesial ini!
Semoga panjang umur, sehat dan selalu dilimpahkan rejeki.


Kaskus Network
www.kaskus.us


amin. amin. amin, Gan.. eh#. *bahkan aku lupa punya akun di situs Pertamax itu.

Pihak ketiga yang berbela sungkawa atas menu sarapanku yakni nasi abon, koreksi, ngucapin ulangtahun adalah Mbah dan Auntie yang tetap saja cekikikan di Malang nan sejuk dan damai sedangkan Jogja menggila panasnya berkat UTS.

Lalu keempat disusul oleh Nem, adikku tercinta yang saking pedulinya terhadap fenomena ulang tahun hingga overdosis.

Tiba-tiba saja ia mengucapkan ulang tahun disusul tawaran minta-kado-apa, tumben sekali, dan dilanjutkan keluhan mengenai kebingungan atas kado untuk selera ibu. Setelah galau sejenak ia pun update status yang seharusnya mengharukan.

dua orang penting di hidupku sedang berulang tahun, berdoa semoga sehat, diberi umur panjang, rejeki lancar, semuanya lancar. amiiin

Aku pun bingung, lantas mengira salah satu dari yang ia maksud, selain kakaknya yang paling cantik ini, adalah mantan pacarnya. Seingetku mantan pacarnya ulang tahun di bulan April juga.

Nut: Sapa..? eks?
Nem: Ibu sama sampeyan...
Nut: Oh

Sejenak aku berpikir dan cepat cepat komentar lagi.

Nut: Ibu tanggal 17 Jeh!
Nem: Hah? iyo.. yo... lupa aku! wakakakakkak
Nut: SUMPAH. PARAH!

21th, well, it's really somehing, yeah?




Mall Juga Punya Rasa


Yoah itu... terkadang sangat menakjubkan.
 Maksudku, aku bisa dibuatnya terbengong-bengong heran atas bagaimana responnya terhadap suatu hal.

Nut: *Mengulurkan wafer, "Mau? enak loh..."
Yoah: *ragu-ragu, tapi kemudian mencobanya satu, beberapa saat kemudian, "Ya ampuun, ini wafer apa?!"
Nut: "Emang kenapa?" *keheranan
Yoah: "WAFER INI RASA MALL!"
Nut: *keselek. "Kok.. kok bisa?"
Yoah: "Iya, beneran! aku jadi inget mal. Rasa apa sih ini?"
Nut: -_-" "Ini rasa tiramisu Geblek!"

Akhirnya aku paham, kini setiap melintas di mall dan tercium perpaduan dari aroma kopi, mocca, dan coklat di beberapa coffeshop, aku selalu mengendus dan berseru, "Rasa Mall!"

Pembekalan KKN


... adalah pembekalan KKN. Apakah Anda tahu, Saudara-Saudara? satu-satunya yang tidak dimiliki mahasiswa asing adalah betapa menyenangkannya melaksanakan program KKN. Libur semester panjang menuju semester tujuh ini, aku bertekad abdikan seluruh raga demi masyarakat desa, aku dedikasikan ilmuku untuk program KKN kampus tercintaku.

Jadi, marilah pertama-tama selesai UTS, di Minggu cerah yang seharusnya santai kayak di pantai, kita tunaikan kewajiban mengikuti pembekalan KKN.

 Apa itu pembekalan KKN?

a. piknik bersama angkatan 2009 di halaman Fakultas Filsafat
b. pelatihan membuat bekal ala Jepang 
c. pelatihan mengemas ransum
d. pengisian materi seputar KKN oleh lembaga-lembaga yang terkait.

Jawabannya d, Delta Saudara-Saudara...

Dalam pembekalan kali ini terdapat 5 sesi untuk 5 macam materi hari ini. Mulai jam setengah delapan pagi buta sampai jam satu siang bolong. Untunglah, fyuh, dari 5 presentasi, 4 di antaranya lumayan segar, dan 1 sisanya aku sudah bosan dan cemilanku kebetulan habis. 

Jadi, hari ini aku datang pembekalan layaknya piknik, saking takutnya di tengah-tengah kebosanan yang mendera saat presentasi berlangsung, perutku menjerit jerit. Tanpa sempat sarapan aku buru-buru belanja: satu botol sedang air mineral, sekotak biskuit abon, dua buah apel, satu buah pir, dua kerat wafer coklat krispi. Karena memang sebelumnya, dianjurkan panitia pembekalan untuk bawa bekal dan boleh ngemil di kelas, jadi tak kan kusia-siakan momen ini. Tapi, begoknya lugunya aku, panitia tak sampai hati tak memberi jam istirahat barang sepuluh menit.

Nut: "Hai, ikutan!" *memanggil sekawanan anak golongan darah ABO yang hendak berburu sarapan.
B : "Bukannya kamu sudah makan Nut dari tadi?" *mungkin dia liat aku beli roti keju dari temen yang masih sempet jualan untuk dana KKN.
Nut: "Hehehe..." *inosen "Kan belum afdhol kalo' ga' makan nasi.."

Sampailah perburuanku pada sekantong kecil penthol kecap dan sekotak nasi.

Sebenarnya, pembicara-pembicara yang masuk kelas kami cukup menyenangkan. Namun sialnya, kelas kami sangat gaduh. Aku di kursi barisan kedua, terdepan (karena kursi barisan pertama kosong), sibuk menyimak sambil sesekali menggigit cemilan sambil sesekali meneguk minuman sambil sesekali mencatat nomor hp relasi di buku catatan. 

Materi 1: Prosedur Tes Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan

Nut: "Lin.. kayaknya muka mbaknya ga' asing deh ya.. staf front office kampus po ya? atau mana ya?" *berkomentar sambil mengamati mbak-mbak manis yang bertugas sebagai operator power point.
Lin-Lin: "Masa'?"

Lalu pembicara pun, seorang wanita berjilbab coklat, mengenalkan diri atas nama klinik kampus.

Nut: "Astagaa...." *berbisik lirih.
Lin Lin: "Pantes familiar.. orang kamu langganan mereka.."
Nut: -__-"

Materi kesehatan ini cukup menghebohkan, karena ibu pembicara yang sabar dan tabah itu menjelaskan berbagai hal dengan nada datar...

Bu Pembicara: "Bedanya mahasiswa KKN dan reguler, kalo ada kematian, mahasiswa KKN dapat santunan kematian. KKN yang lalu sudah ada 4 laporan kematian..."
Kelas: "Hoooo..." *gaduh karena seram

Bu Pembicara: "Hal hal medis yang tidak kami tanggung adalah, biaya kontrasepsi dan biaya sunat bagi laki-laki.."
Kelas: "Hooo...." *koor tapi sibuk dengan otak masing masing.

Bu Pembicara ini pun juga menjelaskan cara-cara yang tepat dalam pertolongan pertama pada kecelakaan, seperti luka bakar yang harus direndam air shampo dingin, sampai dengan pingsan karena tenggelam harus segera diberi ciuman napas buatan.

Selanjutnya yang tambah bikin heboh adalah materi ketiga mengenai filosofi KKN. Karena pembicara adalah dosen filsafat dan beliau berbakat ikutan stand up comedy, kelas pun gaduh berkali kali lipat. 

Pak Pembicara: "Karena yang lain berbicara soal fisik dan teknis, maka saya akan jelaskan hal-hal yang metafisik...."

Begitulah beliau memulai presentasi dengan slide yang tidak berurutan dan harus dibaca dari kalimat terbawah lalu naik ke atas. Karena saking banyaknya Mbejog tertawa, Mbejog sampai bingung harus tuliskan komedi bapaknya yang bagaimana. Yang jelas bapak filsafat satu ini luar biasa menghibur dan jenius. d^^b

Minggu, 22 April 2012

Cemilan Baru ala Maaggie


Maag akut membuatku memikirkan ulang konsep gaya hidup yang sehat. Jadi selama ini gaya hidup mahasiswa itu.. err, terpaksa aku bilang; susyah-untuk-sehat. Hidup mahasiswa itu lebih banyak didominasi oleh begayaan begini begono. Maksudku, kadang kita mahasiswa bisa begaya ala aktivis, demo sana sini padahal sih ga paham paham amat sebab muasal tereak tereak kepanasan, lalu begaya sok borjuis, nongkrong di kafe sana sini padahal masih ngutang di angkringan, ada pula begaya jadi mahasiswa intelek, padahal 99% kutipan di makalah hasil dari adopsi langsung di Wikipedia.

Jadi nih ya, aku pun ikut begaya-begayaan sok sehat sok sibuk. Yah jadi nih ya, hahaha, aku begaya jadi filsuf, mikir yang berat-berat, jadi deh begaya sakit maag akut. Jadilah aku kalo ditanya, inginnya sih sangat kalem. Umpama begini:

"Lo kemaren sakit apa?"
"Gastritis"
"Buset, apaan itu?"
"Semacam kontraksi perut"
"Wedeh, lo ngelahirin?"
"Bukan Dodol! itu rasanya menderita MAGH PARAGH"
"Oh.."

Dan itulah mengapa aku tidak lagi sungguh-sungguh simpati pada iklan tahunan tiap Ramadhan yang dibintangi Dedy Mizwar. Promag sumpah-demi-perut tak akan pernah mujarab. Lalu yang paling mengenaskan adalah asupan sambal sangat berkurang drastis. Ibarat cabe naik harganya seribu kali lipat, begitulah aku mengkhianati petani cabe. Aku menjauhinya dan aku diam diam berselingkuh dengan bubur ayam ga' pake kuah. 

Sebenarnya, ini semua demi anakku kelak. Alibi ini selevel alibi tingkat visioner. Maksudku, ayolah, bayangkan saja tiap maag ini kumat, ugh! rasanya hidup dan mati beda tipis. Kau hanya bisa meringis dan berguling guling di kasur tanpa alasan yang jelas. Kau harus menikmati satu persatu napasmu yang sesak dan perutmu yang mengembung keras seperti ikan fugu, dan punggungmu yang rasanya tergilas truk, dan otot perut yang tegang, disertai kram luar biasa. Ini semacam kontraksi, eh. Jadi, kadang aku cemas kalau terlalu banyak kumat, aku tidak akan sempurna merasakan kontraksi saat bersalin kelak. Dan aku tak akan sempurna menjadi seorang ibu yang penuh pengorbanan.

Kadangkala, reaksiku adalah pasrah tak berdaya apa adanya dan bersahaja saat aku harus diculik dan dibawa ke IGD. Tapi percayalah, berkali-kali aku kesana tak pernah aku paham sekali pun mengapa namanya berubah dari UNIT GAWAT DARURAT menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT. Maksudku, seni instalasi cukup keren dan memikat, lain halnya dokter yang biasa mengabaikanku di IGD.

Jadi saat terakhir kalinya aku kambuh, whoa! satu-satunya yang dapat menghiburku di ruang IGD adalah pertanyaan khas dokter hampir ke semua pasien di sebelahku, termasuk aku:
"Eeknya gimana?"

Di tengah bermacam-macam keluhan, dokter di rumah sakit rujukanku itu sangat gemar bertanya tentang "eek" dan aku curiga ia punya minat khusus pada benda berharga satu ini.

Dokter: "Eeknya gimana Mbak?"
Nut: "Eh..?"
Dokter: "Normal bentuknya? susah atau gampang?"
Nut: "Eh...?"
Dokter: "Tadi masih sempat eek?"
Nut: "Ehhhhhh.......?"

Dalam kondisi lemas bagai kertas, aku hanya berusaha menghayati sepenuh hati penderitaan perutku, memikirkan para anak gizi buruk di Somalia atau Nigeria atau Zimbabwe sedangkan aku menyia-nyiakan enaknya beras impor. Sedangkan urusan "eek" aku bahkan lupa sama sekali. Dan bagi dokter tersebut, ia bagaikan arkeolog yang menunggu kabar artefak terbaru.

Saat kesehatan mulai membaik aku pun mulai mengatur strategi baru. Maksudku, selama ini oh-please-deh-generasi-ababil, aku seringkali mengabaikan apa itu kecanggihan Google dalam menasehati masalah kesehatan. Aku telusuri artikel-artikel maag dan macam macam terapi serta rintangannya, lalu kudapati bahwa BENGKOANG adalah umbi-umbian super-duper-ajaib.

Sejak saat itu, kudeklarasikan di status facebook cemilan utamaku adalah BENGKOANG

Wahai Mahasiswa setanah air sebangsa sepresiden, khasiat bengkoang selain dapat menjadi rujak manis dan es buah, ia dapat mengurangi asam lambung, mendinginkan perut, menyelamatkan dehidrasi, pengganti karbohidrat skala kecil, memperkuat tulang, melancarkan sembelit, menyukseskan diet, dan yang terpenting KULITMU AKAN SEPUTIH CITRA.

Sekarang pun aku sedang mengudap bengkuang gajah yang lezat dan segar, kraus.. kraus... Anda mau?


P.S: no sambal pedas, no banyak S (santan,soda,saus,es) no banyak MSG, NONONO Mie Instan! ...err, kalo' yogurht masih dipertimbangkan, aku sedang ajuin banding ke Mahkamah Agung. 
Yes abon, yes nasilembek, yes buryam, yes kerupuk, YES BENGKOANG.

kadang saat aku tersiksa dengan pantangan-pantangan ini, aku teringat pada perjuangan Lin Lin mengatasi jerawatnya dengan pantangan belasan kategori makanan. :')