Nut: "Woo.. " *sumringah.
Didedikasikan pada ke-begok-an hidup, yang kadang semakin tampak idiot sekaligus tampak jenius sesekali. :P Hidup-mahasiswa-begok-Jogja! Yeey! \m/
Rabu, 08 Desember 2010
jilbab aneh
Nut: "Woo.. " *sumringah.
Minggu, 05 Desember 2010
piranti krusial datang
Epsonia: nama printerku, dia feminin, pernah ga' sengaja nelan jarum pentul. Sudah menjalani operasi usus buntu 3 kali.
Malming nganggur = celoteh panjang
Nut: "Ngomong-ngomong, aku merasa seperti wanita perkasa" *sambil jinjit dan membalut lampu dengan jilbab saking takutnya kesetrum.
Tep: "Ishh! bukan saatnya komen!" *sedari tadi was-was akan kekuatan meja dan kursi yang tak sanggup menopang berat badanku.
Nut: "Tapi.. lebih perkasaan kamu sih. Haha.. adegan cabut papan yang sadis."
Tep: -______-"
Andai saja, Phillips membuat lomba tulis pengalaman berkesan soal produknya, mungkin aku bisa saja menang..
rattanbay: Koneksi dungu
lovegoodhermione: iyoo
rattanbay: Eh, terus aku karo mbahmu foto karo bencong.. Hihihi...~ nancy
lovegoodhermione: oooh..
Respon finally:
lovegoodhermione: gelodak! *LOL. aku wes nonton lho...
rattanbay: Loh, aku nonton ndek trans tv iki
lovegoodhermione: ealaaa. ck3.
rattanbay: Lek sing paling anyar aku wes nonton
lovegoodhermione: ho' o apik
rattanbay: Hermione ayu pol!
lovegoodhermione: itu kan akyuuu..! ahahahaha *icon kacamata hitam.
rattanbay: I love the way she dress up
lovegoodhermione: thanks atas pujiannya.Hoho. Sponsorku didukung Burberry dkk lhoo..
rattanbay: Iyo, jaket2nya luar biasa kerrrreeeeeennnnn...
rattanbay sudah sign out. (12/4/2010 10:37 PM)
--flat--
Kamis, 02 Desember 2010
Dilema tidak penting
- Note bersampul kain batik: hari pertama= tulisan warna warni kecil-kecil, sepuluh hari kemudian= sumpah serapah.
- Note blaster pelangi tebal: hari pertama = jadwal kuliah, dua minggu selanjutnya = lenyap karena kepikunan.
- Note 30 macam gambar made in korea = hari pertama: niat untuk mencatat mata kuliah, selanjutnya belum 24 jam telah berganti fungsi menjadi catatan travelling melankolis.
Nut: Hadoooh! Yang mana ini? semua bagus... mana yang lebih seksi Donn di kakiku.." *sambil memiringkan tumit dan mata kaki.
Sabtu, 13 November 2010
Derita Operator T_T
God, save my beloved city.
Fakta Mr. Who Buta Teknologi Tingkat Parah Stadium Empat.
Jumat, 12 November 2010
'Aneh' itu sebaiknya dilegitimasi dan dilegalisasi...
Lama-lama, wabah 'aneh' pun menyebar secara perlahan namun pasti.... *menyeramkan.
Selasa, 09 November 2010
Adik-yang-Aneh
Weekend bareng Bibi
Aku dan bibiku, pasangan yang sama sekali tidak mencitrakan diri sebagai bibi-keponakan ideal. Aku kadang terlihat lebih tua darinya, sedangkan dia tetap mungil-melajang. Tapi aku juga sering terlihat seperti anaknya, dan dia seperti nyonya bos yang galak.
Percakapan kami pun kadang sangat tidak wajar.
Bibi: "Jadi mulai sekarang kita harus gunakan kata sandi buat angkat telpon.. psst..psst"
Nut: "Kita mirip agen rahasia.."
Bibi: "Tambahkan kacamata.."
Pernah juga di chatting ia bertanya bagaimana mencalonkan diri sebagai pengganti Mbah Maridjan. Atau justru meributkan benda-benda kecil seperti: Dompet.
Bibi: "Eh lucu deh, Milk Teddy -nya, kaya' amplop, aku punya lhoo, yang Hello Kitty. Kadang aku bawa ke kantor."
Nut: "Oh..."
Bibi: "Mau dibeliin dompet? liat dulu dompetmu."
Nut: *keluarkan dompet usang mulai SMP yang didapat dari kado sang adik, yang bahkan perekat dompetnya telah diberi double tape.
Bibi: "Yeiks!"
Beberapa menit kemudian dilanjutkan dengan perdebatan-pertimbangan dompet mana yang bagus untuk dibeli.
Bibi: "Yang pink sweet.."
Nut: "Mbak, tolong dong liat yang biru, modelnya kaya' pink ini.."
Bibi: "Yang coklat ini elegaaan!"
Nut: "Ho-oh"
Bibi: "Yang putih ini kereeeen!"
Nut: "He-eh"
Bibi: "Ya ampyuun, bagus-bagus. Ah, jadi pengen beli sendiri. Sayang, huh! merek SMA.."
Nut: "Yeeee.."
Terjadi kebingungan dan perbedaan selera. Keponakan tetap bersikeras jatuh hati pada yang biru.
Bibi: "Hadeeeh, yang coklat aku eliminasi. Bagusan yang putih tauk, ih ni anak.. liat ya.." *memperagakan gaya nona-nona pembawa dompet, melambai, "Hai, keren kan?"
Begitu seterusnya, ia peragakan satu-satu cara etis membawa dompet yang menurutnya elegaaan. Pramuniaga pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, geli.
Keributan konyol pun masih terus berlanjut di rumah. Dompet biru yang sukses terbeli kini dikritisi Bibi dari segi teknis.
Bibi: "Nah lho... ini saling kancing dompetnya, jadi kebalik kalo di buka. Coba ya," *berikut dialog monolognya:
Bibi: "Mbak boleh lihat KTP nya" *adegan pura-pura ditilang.
Bibi: "Oh ya, sebentar Pak.." *berlagak membuka dompet dengan gaya pamer. "Lha? kebalik kan? maaf Pak, kebalik."
Dan aku pun ikut memeragakan, anehnya jika di tanganku, dompet saat dibuka tidak terbalik. *Sepertinya aku kidal \m/
Bibi: "Mbak boleh minta KTP nya sebentar?"
Nut: "Oke, bentar yaa.."
Bibi: "Ups! kebalik kan?"
Nut: "Nggak.."
Dan adegan seperti itu diulang-ulang (mungkin ada dua lusin kali) hingga perut kami sakit, kebanyakan ngakak. Gara-gara posisi pegang dompet saja dan cara membuka, kami lanjutkan adegan itu sampai di Citywalk, hang out bersama Mbak Hap, teman Bibi.
Bibi: "Hap, coba deh buka dompetnya, kebalik nggak?"
M. Hap: "Hah?"
Nut: "Iya, serius aneh. Bib tadi sama aku sibuk buka dompet.."
Bibi: "Peragain dong... aku yang tanya ya, 'Mbak, boleh lihat KTP-nya?"
M. Hap: "Hah?" *merasa sahabatnya semakin aneh.
Lalu aku teringat sesuatu, nyelutuk,
Nut: "Bib, liat Bebe-mu deh.. facebook maksudku."
Bibi: "Hah? kenapa?"
Nut: "Hihihi.. aku bajak tadi statusmu" *masang muka innocent.
Bibi: "Hah? apaaan?!!" *cepat-cepat ngecek Facebooknya.
Tertulis: "Pengen Dompet Pink *xixixixixi"
Like this dari Nut begok dan komentar dari salah satu temannya.
Bibi: "Argh!!!! aku ga pernah nulis status norak kayak gini. Argh!! apaan coba 'xixixixi', ih, aku ga' pernah ngetik ketawa menjijikkan gitu!"
Nut: "Keren tauk.... itu aja aku ketularan mbak kosku" *teringat mbak Sup.
Bibi: "Dasar abege! masa' nulis ketawa juga 'wkwkwkw', bacanya: waka waka waka kan? huh! aneeeeh sekali!"
Nut: *siiiing!
M. Hap: "Hahahaha.. kamu itu yang aneh Coph, bacanya wakakakakak *ngakak bukan waka waka waka liriknya world cup.."
Nut: "Yeee, itu status bajakan keren tauk. Status Mbak yang sebelumnya juga ababil."
Bibi: "Eh, ga' sopan! aku dibilang ABG labil Hap, argh!!!"
M.Hap: hanya bisa geleng-geleng kepala mendapati bibi-keponakan yang aneh.
Dan hari ini taraaaaaaaaa!! Bibi tercinta ulang tahun. Sebagai keponakan yang budiman aku pun langsung nge-wall memberi ucapan:
yang masih pengen dompet pink, met tambah mungil ya auntie tercintaaaaa!!!! ketawa aneh ah, *xixixixi
Beberapa saat kemudian dibalas:
Edaaaaaaannnnnn ! Gara2 awakmu - coba lihat wall ku - semua pd nanya aku pengen dompet pink ????
Mbak X: Pren, pengen kado dompet pink tha? Hihihi... Seandainya aku di Indonesia.. :D.
Mbak Y: coph..apakah sebuah miu miu candy pink wallet inikah yg kau inginkan di saat ultahmu??? hihihi...slamat ulang tahun ya coph, utk kadonya minta orang disebelahmu saja :D :D
--Padahal yang dimaksud dompet pink oleh sang keponakan adalah dompet pink Planet Ocean, merk bocah SMA--
Mbak W: chop, met ultah yo. statusmu wis menunjukkan kowe pengen dikado dompet pink...hanya itu chop ???
Nut: LIKE THIS!
PS: Semoga edisi blog ini selucu Diary of Wimpy Kid ya..
xixixixixixi...! ^^
Eksodus = Gendutkan Diri
Kebanyakan teman pun demikian, Jogja seakan menjadi rumah pertama atau paling tidak rumah kedua bagi kami. Berat rasanya untuk pindah. Bahkan ada yang rela pertahankan diri di sana. Tidak ada gambaran yang membahagiakan saat pulang. Mungkin, Jogja memang terlalu berbakat untuk merebut hati kami, para mbejog, dan sekarang justru usir kami jauh-jauh dengan teror Merapinya.
Merapi: "Hus..hus..hus! Pergilah segera Nak.." (Sambil tiupkan pasir dan awan panas)
Aku pun 'terpaksa' pulang. Baru kali ini mendapati kebingungan 'packing' yang menyebabkan banyak baju yang tertinggal bahkan benda-benda krusial lainnya. Bersama dua orang teman, aku putuskan pulang dengan Sancaka sore. Sebelumnya, masih juga sempat berfoto narsis depan kos. Dengan masker, dan dress bunga-bunga, aku nampak mirip seorang pelancong-ninja yang hendak ke Hawaii.. ^^
Kepanikan terjadi, saat semua saluran taxi sibuk. TAK ADA TAXI! Bagaimana aku dan kawan-kawan ke stasiun? ADA Seeh... *Fyuh, hanya saja semua mondar mandir di depan jalan kaliurang, antara ke selatan-utara membawa penumpang di dalamnya. Akhirnya dapat siiih. Tapi kami pun berlari, kencang, menerobos peron dan gerbong. Sancaka nyaris khianati kami bertiga.
Puft, meninggalkan Jogja dengan gerbong padat (beberapa orang bahkan berdiri), aku mulai merasakan perutku merengek. *Belum makan sejak tadi pagi.
Seorang pegawai kereta, bapak-bapak berompi datang menawarkan pudding dingin.
Nut: "Pudding coklatnya satu Pak."
Paknya: "Lima ribu Mbak.."
Tak lupa aku bersopan santun, menawari mbak-mbak cantik, kurus, baik hati di sebelahku.
Nut: "Mbak, pudding.. mari.." *menyodorkan pudding berfla krim santan.
Mbaknya: "Makasih.." *menolak secara sopan pula.
Beberapa menit kemudian, hantaran nasi goreng dari bapak-bapak yang sama datang. Aku suka sekali perhatikan cara jalannya yang oleng-usaha-seimbang untuk menjaga nampannya tetap stabil.
Nut: "Pak, nasinya satu.." menoleh ke mbaknya, "Makan Mbak..."
Mbaknya: "Hehe.. kelaparan ya Dek?"
Sesampainya di Madiun, Tep, teman senasibku terbangun, ia pun merasakan sensasi kelaparan karena tawaran penjual pecel.
Tep: "Nut, beli pecel yuk"
Nut: "Hah! kenyaaang!"
Tep: "Halah, beli aja.. yuk, laper, aku beliin dua bungkus ya.."
Nut: *berpikir sejenak, kapan lagi makan pecel Madiun, toh sudah lama ia tidak naik kereta.
Tep: "Ya?.. ya..? kamu beli juga."
Nut: "Okelah," *bergegas bangkit dari kursi dan membeli tiga bungkus pecel.
Tep: "Ayo makan..!" *tanpa aba-aba lagi ia menyantap pecelnya.
Nut: "Eh..." *salah tingkah, merasa tidak enak hati pada teman di sebelah.
Tep: "Halaaaah, ga' usah jaim deh Nut."
Nut: Gleks! *tersedak, berniat menusuk Tep dengan garpu, disusul suara tawa lepas mbaknya.
Mbaknya: "Udah Dek.. makan aja, ga' apa apa lagi.."
Nut: *wajah merah padam. "Huaaa! ga' gitu Mbak.. nih beneran udah kenyang, entar aja deh ronde kedua ya Tep.. ya? aku temani kamu makan" aku pun membela diri hingga kaki terantuk piring nasi goreng untuk ketiga kalinya di bawah kolong bangku.
Seperti dugaan, tiba di Surabaya pun langsung ditodong Bibi untuk makan lagi. Pilihan: restoran Cina. Tapi justru aku memilih penyetan, *idiot. Dipikir-pikir, diet bulan ini dinyatakan Gagal! *Salahkan Merapi.
Jumat, 05 November 2010
Catatan "non" begok
05 November 2010
Parah.
Rasanya tidak ingin meninggalkan kamarku untuk berpindah ke kota lain.
Selalu ada rasa--kecemasan--bahwa aku tidak akan bisa kembali lagi ke kamarku, ke asramaku, ke kota ini.
Karena ini rumahku, rumah bagi mimpi dan napasku.
Firasat.
Menyusup seperti onggokan plastik bekas minum es teh.
Sisa sisa tetesan airnya justru membuat semua terasa resah.
Menelan ketidakpastian, seperti penunggu 'kiamat'.
Jika sekarang kata itu tidak berlebihan.
Pasrah.
Mendapati kota setahun ini mengelabu, bermurung durja.
Aku tak tahu kapan sebaiknya berkata, kapan ini pulih, usai?
Bahwa aku telah terbiasa mencecap lara bertahun-tahun dari bencana.
Bahwa aku tumbuh dari dunia yang tak lagi sama, seperti hatiku, seperti jiwaku.
Pisah.
Meninggalkan kota ini sama saja seperti letakkan separuh hati yang membeku.
Tidak kubawa kembali, tergeletak tidak mau beranjak kemana pun dia.
Aku t’lah jauh-jauh hari merasai ketidakrelaan untuk berpisah.
Pada apa pun di sini,
Namun alam menyukai kesenyapan sekarang.
Mengusir kami, penghuni sementara, jauh-jauh..
Ditemani jiwa-jiwa yang tersisa, dan arwah-arwah yang pulang temui alam
Senyap.
Sebentar lagi menuju arah terbit matahari, mencari kenormalan.
Dan aku takut. Takut.
Aku tak lagi bisa melihat kamarku seperti detik ini.
Aku tak mampu bayangkan warna birunya berlapisi pasir kelabu.
Aku tak ingin,
Semua asing.
Saat kembali mengais sisa-sisa mimpi.
"ini seperti dua sisi koin, untuk berdiam tanpa dapat berbuat apa pun, untuk pergi khianati penghuni rumah yang lain"
Kamis, 04 November 2010
Percakapan Cewek Melankolis
4 November
Mendapat telepon dari teman adalah hal yang menyenangkan. Apalagi sahabat sendiri. Tapi ia akan berjam-jam membicarakan satu nama yang sama. Seperti yang kuduga. Fek, Pacar pertamanya. Dan aku sangat memaklumi kenapa ia begitu kasmaran dengan laki-laki satu ini, yang bahkan wajahnya saja masih absurd buatku. Maklum, kami berbeda kota, terpaut ratusan mil, dan banyak gunung berapi. Apalagi si Fek tak sudi membuat facebook. Dan maklum sekali lagi, cowok yang pertama kali dapat menerima apa adanya seorang cewek akan mendapat penghargaan tertinggi di hari-hari si cewek.
Percakapan ala cewek pun terjadi.
Dlot, sahabatku yang satu ini, segera mengeluarkan segera unek-uneknya melalui ponsel yang sengaja aku loudspeaker. Alasan terbaik: aku sedang berminat bersih-bersih kamar. Jadi, seperti ada seseorang yang lain di kamarku, aku bersuara seorang diri sambil menyapu kolong tempat tidur.
Dlot, tipe gadis melankolis masa kini yang super duper suka mendramatisir segala nada ekspresifnya. *sesaat tersadar, aku terkontaminasi dari siapa.
Dlot: “Waaah! Dasar Fek, jelesan! Aku kan sedang asyik dengan matahari-matahari kecilku..!”
Nut: “Kaya’ kamu nggak cemburu aja pas ada cewek tetangga mampir di teras rumah Fek”
Dlot: “Tapi….! Buat apa jeles sama perserta diklat! Ngambekan! Ugh! Udah gitu kalo ngambek dieeeem..”
Nut: “Kaya’ kamu nggak aja…”
Dlot banyak bercerita tentang makrab UKM-nya, tentang backstreetnya, tentang adik-adik perserta makrab yang ia panggil matahari kecil *jadi ada yah matahari besar?
Dlot: “Mereka lucu seeeh, imut-imut. Lagian aku kan cuma ngobrol ma mereka. Uwaaa.. aku dipuji baik lagi. Mampus deh. Ahhh! Dlot nakal! Gyaahahahaha..!”
Nut: *Siiing
Dlot: “Gitu si Fek jeles minta ampun aku digodain adik-adik kecil..”
Nut: *Siing…
Dlot: “Kok jadi kebalik ya? Si Fek marah soalnya aku ga’ gampang jeles…”
Nut: Srek..srek..srek..gubrak..grodak! *suara sapu bentur kolong meja belajar.
Lalu sampailah pada pertanyaan wajib buatku selama tiga minggu terakhir.
Dlot: “Jadi, tanggal 12 aku ulang tahun lhoo!!!”
Nut: Gleks! (*belum siapin kado)
Dlot: “Ga’ usah ngado…! Tukar aja sama tiket berdua ke Bali, si Fek tanya terus tuh!”
Nut: Gleks! (*hadiah kompetisi yang tidak ada jaminan bisa menang mengalahkan 290-an kontestan telah di booking oleh pasangan ga’ jelas di kota seberang)
Dlot: “Kata si Fek, kadonya buat aku ultah diwakilin kamu. Ya.. ya? Ke Bali.. ah, romantisnyaaa..”
Nut: Gleks! *nelan batang sapu.
Dlot: “Tapi tau ga’ Nuuut, pas aku minta serius, janji terima apa pun bentuk kadonya, dia bilang bakal ngelamar aku buat kedua kalinyaaa… Melteeeed, dasar Fek kampret!
Nut: SIING! *antara takjub pada Fek sekaligus pada Dlot yang secara bersamaan kontras meleleh dan mengumpat. (wanita masa kini emang aneh)
Lantas, munculah sesi-tentang-Mr. Epev-dari-Dlot.
Dlot: “anyway, gimana kabar Mr. Epev? Masih idup?” *nada sarkatis
Nut: “He..he.. entahlah, iya kali..”
Dlot: “Ugh, tidak adakah insiden lagi? Cerita kek yang seru-seru!”
Nut : Gleks!
Dlot: “Ah, Nut..! ngarep kamu cerita apa kek, ada insiden apa kek! Yang menantang dan sensasional..”
Nut: “Mbok pikir ga’ capek apa dapet insiden mulu.. yeee, dasar mau lu!”
Dlot: “Hehe..” *nyengir berdosa karena telah membayangkan sahabatnya beradegan di film thriller.
Selanjutnya, setelah diselingi kembali ke topik-kemana-Dlot-libur-Idul-Adha, kembali lagilah Dlot ke pertanyaan semula.
Dlot: “Jadi, kabar dia gimana?”
Nut: “Zzzzz… kangen po?” *agak surprise, biasanya dia bakal niat nimpuk kalo aku yang sebutkan topik Mr. Epev.
Dlot: “Soalnya, aku baru ingat, ada matahari kecil yang miriiiiiiiiiiip banget sama dia! Kita udah akrab, ihhh, anaknya manisss… pantes kamu terkepret-kepret sama si Epev. Tak kusangka, memandangnya tiap hari pas makrab jadi mabok..”
Nut: “.......-___-……”
Dlot: “Serius mirip, tapi tubuhnya kaya si Mr. Zip”
Nut: “Arghh!!!” *tidak bisa bayangkan dua orang yang berbeda yang pernah bersejarah dalam kehidupan sentralnya, disatukan dalam satu sosok.
Dlot: “Si Fek pun bilang mirip, Ing ing eng.. waktu aku tunjukin fb si Epev. Pantes kamu seneeeng…”
Nut: “Arggh! Ga’ terima! Ga' mau disama-samain, apalagi dicampur-campurin sosoknya!”
Dlot: “Yee! Serius! Perlu aku mintain tanda tangan anak UKM biar kamu percaya?”
Nut: *Siiiing…! (Petisi-irasional-untuk-galang-persetujuan-wajah-mirip-sapa)
Dlot: “Huwaaa! Sudahlah, pokoknya manis! Ih, bahkan aku nemu nama masjid yang sama dengan si Epev. Ck, ck, ck.. pokoknya di makrab maren banyak yang mirip. Ada yang mirip temannya temanku, saudaranya temanku, mantan mantannya temanku…”
Nut: *Takjub-tapi-tetap-tidak-terima
Dlot: “Aku juga bilang pada adeknya kalo dia mirip seseorang. Ya ampyuuun! Aku bilang aku berhasrat nimpuk dia pake kamus!"
Nut: *menyangsikan karakter lemah lembut si melankolis.
Dlot: “Ah, ngantuk nih.. huaa! Tidur yak? 1..2..3..”
Klik!
---Beginilah percakapan via ponsel malam hari---