Kepolosan Yoah seringkali menyebalkan. Aku masih saja terkejut mendapati komentarnya yang polos bin ajaib. Hal ini terbukti lagi saat kami berdua jalan-jalan ke mal, yang entah berapa abad lamanya tidak kami sambangi, dan kebetulan berniat menonton The Avengers.
Yah, konsekuensi saat mengajaknya nonton kali ini adalah:
1. Dia tidak tahu Marvel,
2. Dia tidak kenal Johnny Deep,
3. Dia lupa pada Joko Anwar.
Sialnya lagi, setelah ditemani antri, ia akan menghilang di balik toilet pria, sehingga aku harus memutuskan sendiri dengankebingungan bijak hendak menonton film apa, saat bioskop dipenuhi penggila superhero.
Yah, konsekuensi saat mengajaknya nonton kali ini adalah:
1. Dia tidak tahu Marvel,
2. Dia tidak kenal Johnny Deep,
3. Dia lupa pada Joko Anwar.
Sialnya lagi, setelah ditemani antri, ia akan menghilang di balik toilet pria, sehingga aku harus memutuskan sendiri dengan
Alhasil, terbeli sudah dua tiket Modus Anomali. Kau tahu? itu sejenis film thriller yang menyeramkan dan hanya bercerita di dalam hutan, sehingga mau tak mau, berkali kali aku menutup mata. Aku benci melihat adegan orang disayat seperti kambing kurban, apalagi membayangkan seseorang membuntuti lakon film dari belakang.
Kebetulan pula, saat itu hanya terdapat segelintir penonton, sehingga membuat suasana semakin mencekam. Parahnya, Yoah sama sekali tidak setia kawan dalam menghadapi pasangan di sebelahnya yang berkali-kali memohon perlindungan. Ia-tanpa-ekspresi. Bahkan, ia tanpa kedip sambil mulut sedikit terbuka, terpesona melihat adegan per adegan yang menegangkan.
Dengan santai tanpa menoleh sedikit pun, ia menginstruksikan; "donat." Aku yang lebih mirip asistennya pun sibuk menghaturkan donat oreo bubuk. Film pun selesai dengan satu kesimpulan dari Yoah; nggak-jelas-aku-nggak-nyambung. Aku takjub, Yoah dengan antusias tingkat dewa masih saja kebingungan dengan alur dan konsep film. Padahal, *besar kepala dulu ah, aku justru paham bagaimana Joko Anwar secara brillian menulis naskah Modus Anomali lantas memfilmkannya dengan cukup ciamik.
Astaga, padahal aku berkali-kali tutup mata. Tapi justru aku dapat mengulasnya lebih dalam dan pengertian daripada Yoah. Oh ayolah, Rio Dewanto sangat keren aktingnya, kecuali pada bagian berulang kali dia berteriak fuck. Maksudku, kosakata umpatannya terlalu monoton dan garing.
Selebihnya, fenomena yang sungguh terlalu terjadi saat aku menyedok yoghurt dengan lahap.
Yoah: "Apa itu..?" *menunjuk topping kiwi pada semangkuk kecil yoghurt plain.
Nut: "Eh..?"
Yoah: "Itu timun ya?"
Nut: "AAAAARGGH, ini kiwi Yoah! Parah!"
Yoah: "Ah, bukan.. itu timun." *keras kepala
Nut: *&^%$#@!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar