Berpergian ke mall dan membeli sesuatu di sana bukanlah tradisi sebagian besar orang-orang di Jogja, setidaknya bagi orang-orang terdekatku. Tapi, kemarin karena ada suatu hal yang cukup substansial --menunggu jam kuliah selanjutnya-- layaknya wanita normal, aku ikut terjebak ke mall bersama empat sekawan. Sebenarnya, 5 sekawan, tetapi Meg-Meg adalah tipikal mahasiswi rajin yang suka ngadem di mushola kampus. Jadi, Nduty pun gagal mengajaknya by phone.
Nduty: "Halo Meg, kamu mau ga' ikutan ke Gale? Jalan-jalan.. Oh, ada rapat ya.. oke kalo gitu.."
Inta: "Meg-Meg kumpul rohis lagi ya?"
Nut: "Nduty, harusnya kamu bilag studi banding, bukan jalan-jalan.."
Nduty: "Oh iya ya.. bener!"
Acara keliling mall pun dimulai. Sebenarnya bukan keliling areal pertokoan sih, lebih tepatnya menyisir deretan rak rak baju lusinan kali. Oleh karena aku sebelumnya tidak punya pengalaman window shopping dengan mereka, alhasil aku hanya manut ke tempat-tempat yang dituju meski mataku tidak bisa lepas dari konter frozen yogurht yang enak mampus.
Setelah satu jam keliling tanpa perubahan pada kantong dompet, akhirnya aku baru sadar bahwa hanya Nduty dan Inta yang terobsesi dengan busana. Sedangkan Lutis lebih memilih sekadar memilah jaket yang cocok buat KKN dan Hestong yang ingin cepat-cepat membeli kreps untuknya dan pacarnya. Aku pun lama berkutat pada toko-toko baju, dan rasanya resah, mondar mandir ga' karuan karena terusik aroma seafood di resto sebelah. Kulihat, Inta masih sibuk memilih baju bunga-bunga transparan dan dia perlu mencoba minimal tiga helai baju dengan motif bunga yang berbeda. Sedangkan Nduty, sibuk sekali berburu tank top.
Nut: "Eh ini bagus loh Nduty.. bajunya," *usulku semenarik mungkin dan menunjuk baju simpel berkerah renda.
Nduty: *melirik, "aku ga' suka model gitu.."
Nut: "Oh.. jadi mau beli yang model gimana?"
Nduty: "Nih nunggu mbaknya ngambilin stok tank top.."
Nut: "Item lagi..?"
Nduty: "Iya.. kan biar keliatan kurus. Tapi susah cari yang XL."
Nut: "Cari aja yang kainnya melar.."
Nduty: "Ah, ga' yakin aku.."
Nut: "Jangan-jangan di lemarimu tank top semua isinya.." *mulai curiga.
Nduty: "Hahahah, bener! ada 9 tank top item di lemariku. Kemarin baru beli dapat diskonan, sekarang beli lagi.." *ngikik inosen.
Lama-lama aku ternyata kelelahan juga. Mungkin karena faktor finansial tidak mendukung kali ya.. jadi aku pun pasrah menunggu Nduty dan Inta menyelesaikan hajat hidup mereka, sedangkan aku, Lutis, dan Hestong berdiri lesu di depan butik kebaya. Acara pun dilanjutkan makan es krim dan Hestong makan kreps (sialnya, aku baru tahu promo beli dua bonus satu krep lagi). Tiba-tiba, Nduty mulai panik. Hape nokia bututnya tidak ada di tas. Meski BB-nya sehat wal afiat di tas tapi Nokia butut itu rupanya tetap kesayangan nya.
Nduty: "Nut, tolong miskolin dong... sapa tau ketinggalan di mobil. Aduh, aku taroh mana ya?"
Perlu tiga kali misscall untuk menenangkan Nduty bahwa Nokianya aman-aman saja. Dan benar saja seperti dugaan kami, Nokia itu tergeletak manis di dashboard mobil.
-_-"
Di perjalanan balik ke kampus, aku mendapati bahwa sesungguhnya seseorang ingin cepat lulus itu dipengaruhi banyak motif yang berbeda. Dan hal ini aku temukan pada diri Lutis. Sebelumnya, aku mengenal Lutis sebagai mahasiswi yang pendiam, ga' neko neko, santun, dan budiman. Aku benar-benar baru menyadari bahwa ia luar biasa rajin saat kami menjadi partner untuk presentasi kelas Mas Riz. Aku hanya melongo, saat ia tunjukkan begitu banyak data yang ia temukan dan terpaksa aku ikut "serius" menyiapkan presentasi tentang Arab Spring yang menarik.
Aku pun baru tahu, di balik sikapnya yang tenang menghanyutkan, Lutis fobia gempa. Maksudku, dia sangat cemas saat mobil Nduty diparkir di basement dan aku pun sempat suatu kali membaca status facebooknya tentang seorang kakak di Sumatra.
Lutis: "Mas.. ndang metu o (cepat keluar), di tivi pada rame bilang kalo' disana gempa.." *nada luar biasa cemas.
Masnya: "Oh, sikik (sebentar), tak sholat ashar sik (aku sholat ashar dulu..)
Lutis: :'( antara cemas dan terharu jadi satu.
Lalu saat kami mendengar jawaban Lutis mau balik ke kampus padahal jadwal-kosong-mendadak ialah respon kami; geleng-geleng kepala.
Lutis: "Aku turun di kampus aja Nduty.."
Inta: "Loh, mau ngapain?"
Lutis: "Mau ke perpus, baca skripsi.." *tenang, mantap, bulat, penuh tekad.
Kami: "Wooo.. edyaaan..!"
Lalu aku pun menyelutuk tentang topik kebaya wisuda, dan merembet ke persiapan ribet mahasiswi menjelang wisuda.
Lutis: "Aku udah nggak sabar. Doain ya, targetku tahun depan udah wisuda.."
Nut: "Woo.... pake kebaya dong?"
Lutis: "Iya dong! kan wisuda sekali doang. Harus total. Aku mau gemukin badan.."
Nut: "Latihan pake' high heels juga Lut.."
Lutis: "He'em!" *mantap. "Biar cepat lulus, biar cepet kerja..."
Nut: "Waoow..."
Lutis: "Kan mau ada ada SS5..."
Nut: "Eh.....? apaan...?"
Lutis: "Super Show 5! jadi aku bisa beli tiket dan nonton konsernya!" *cerah, meregangkan tangan.
Nut: *speechless.
Padahal, baru saja Super Show 4 kelar dan Super Junior baru kemarin melambaikan tangan dramatis untuk pulang ke Korea, Lutis sudah berpikiran jauh ke depan. Dia sungguh visioner. Namun, setibanya di kampus...
Lutis: "Eh, aku pulang aja deh.. ga' jadi ke perpus."
-_-" ternyata dia labil juga.
Begitu pula Nduty yang tiba-tiba menyahut saat aku hendak menuju parkir sepeda.
Nduty: "Nut! Ngopo e kamu misscall hape-ku?" *sumpah dengan nada inosen sambil buru-buru ngecek hapenya.
\m/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar