Minggu, 13 Maret 2011

Desperado!


Depresi itu normal, Saudara-Saudara!
-_-"
Karena justru di zaman edan ini yang abnormal adalah yang tidak pernah merasa depresi, betul?
Yap, aku rasa kalian akan setuju.

Apalagi mahasiswa... secara umum mahasiswa biasa terkena depresi akut kronis karena faktor penyebab sebagai berikut:

1. Duit abis, karena ATM lebih sering dikuras ketimbang kamar mandi kos.

2. Utang banyak di sana-sini. Utang duit, rokok, pulsa, telor, indomie, hingga nasi kucing di angkringan.

3. Dosen killer. Ini yang menjadi enemy number one saat merasa sudah mentok setengah mati pada seorang pengampu mata kuliah. Bisa jadi, alasan kebencian ini adalah sesuatu yang irasional. Misal: tidak suka dosen karena ia selalu memakai batik dan pantofel di kelas, anti pada dosen gaptek yang masih saja menggunakan OHP ketimbang LCD, dan yang terlebih ganas adalah sensitif dengan kutil raksasa milik dosen. Well, apa pun itu segalanya bisa menjadi ihwal musabab bukan?


lanjut... 

4. Pacar bikin geger. Ini masalah personal yang kadang mahasiswa kurang bijak dalam menanggapi fenomena sosial-personal yang ada. Tingkatannya dari geregetan, gegar otak, gegar budaya, sampai dengan cagar alam (maksudku, ayolah.. siapa tahu ada kecenderungan psikopat baru dengan pelampiasan merusak cagar alam sehabis diputus pacar yang tidak menerima aliran vandalisme, mungkin?)

5. Tugas menumpuk. Ini lebih heboh daripada bencana skala makro apa pun. Tugas yang menumpuk menjelang ujian pun bisa menyebabkan mahasiswa meledak dan sering diduga menjadi pelaku bom bunuh diri. Eh, ini serius! dua rius malah untuk para dosen yang membaca.

6. Belum bayar atau telat bayar biaya kuliah. Itu mengapa sebagian besar mahasiswa benci pemerintah, dan sebagian sisanya akan merasa patah hati jika dana beasiswanya telat turun.

7. Eksistensi diri yang diragukan. Aku rasa fenomena pendiskriminasian total terhadap SMASH adalah karena ke-alay-an mereka mampu menaikkan pamor prestisius personelnya dengan cara yang well, cukup norak. Sedangkan bagi mahasiswa rata-rata yang mengecam smash blast adalah karena kedengkian hati yang menyelimuti mereka. 

Tentu saja mereka yang mengalami krisis identitas, kurang ngeksis di mata teman-teman kampus jajaran kantin, serta pemakaian simbol bintang (*) yang dipakai sembarangan oleh Smash, padahal hakekatnya simbol ini adalah bentuk kasih sayang umat facebook dan twitter :* >> mencium .red. Jadi, gejala cenat cen*t jelas melanda antismash karena bayangan Morgan Dkk mencium pendengar lagu Heart muncul secara refleks melalui gangguan semiotik masuk ke ranah kognitif. Ini phobia baru kurasa.


8. Pencapaian prestasi yang terhambat. Mengapa ada saja mahasiswa yang suka bolos? memaki maki dosen di status jejaring sosial? dan melakukan perbuatan asusila? yap, karena mereka butuh prestasi. Ini wajar saat seorang mahasiswa merasa dirinya totally freak. Ia merasa tidak cukup berbakat, berpotensi, dan berkredibilitas tinggi untuk masuk pasar bursa saingan teman dan kerja. Ditambah IP yang mengenaskan, akan menstimultan dirinya bahwa prestasi adalah hantu tiada tara. Seseorang akan sangat amat terpuruk dan mati terkapar tidak berdaya guna di kamar kos karena terbukti ia hanya memiliki bakat ngupil di kelas. Logis ga' sih? kurasa iya. Coba bayangkan kamu punya indeks prestasi (IP) empat selama empat tahun. Dijamin selalu memasang muka anggun di kantor jurusan dan menjadi yang paling melek saat dosen mendongeng. Beban gengsi, Men.


9. Skripsi Mahaberat. Inilah sebuah doktrin yang dapat membuat mahasiswa mengalami gangguan mental. Kali ini akurat, sudah ada contohnya. Mengapa demikian? selain menyadang sebagai status "MAHAsiswa" ketidakadilan lain adalah standar ilmiah semua universitas yang mengharuskan kelulusan ditandai dengan buku dijilid keren dan disertai pembatas seperti alkitab. Maksudku, tidak semua orang jago membuat buku. Siapa tahu justru dia jago membuat kotak kado yang bernilai lebih ekonomi dan berestetika tinggi. Proses pengerjaan skripsi akan menimbulkan efek samping seperti insomnia dan intensitas marah-marah meningkat.


10. And Finally... KELULUSAN juga bisa membuat mahasiswa depresi. Rasionalnya, dunia baru terbuka lebar. Siapa tahu dia penakut, dan tidak siap menghadapi gunjingan ibu ibu arisan atau pola saingan tukang ojek. Lalu lowongan kerja yang semakin mencekik membuat mahasiswa dibayang bayangin status sarjana pengangguran dan beban berat selalu muncul bukan jika kita bertambah tua? Biasanya, untuk menghindari seramnya lulus seorang mahasiswa akan mengaku-aku dirinya sangat mencintai kampus sekaligus dosennya. Itu-klise-kawan.



Sekian dan terimakasih.
:)))
Sudahkah Anda, para mahasiswa, sudah merasakan nikmatnya depresi? Kalau sudah, saya sudah seperti beberapa faktor penyebab di atas. 
\m/ 

1 komentar:

  1. Hmmm, rasional dan benar.
    Sungguh super sekali!
    Hidup mahasiswa :D

    Doni Febriando

    BalasHapus