Kamis, 09 Juni 2011

Melaporkan mimpi

Sungguh lho, aku ga' sungguh-sungguh serius bilang ke Yoah, kalau mimpi itu akan berguna jika diceritakan. Maksudku mbejog memang punya semacam file catatan mimpi, itu pun karena untuk mengeksplorasi ide bawah sadar buat bahan materiil menulis cerita.
Tapi Yoah, seperti yang dia bilang jauh-jauh hari, gampang gampang susah inget-inget mimpi, kini justru alih-alih mencatatnya, dia malah lebih suka melaporkan mimpinya. Ga' tanggung-tanggung, dalam keadaan setengah sadar dia mengirim SMS atau telepon. Seperti baru saja yang terjadi:

---Yoah telepon---

Nut: "Bangun oi, udah maghrib.."
Yoah: "Hm... aku barusan mimpi"
Nut: "mimpi apa?"
Yoah: "aku mimpi ada komunitas mimpi di Jogja"
Nut: *merinding. 
Yoah: "ada bulenya juga.."
Nut: "ada aku gak? ada aku gak?" *pertanyaan wajib.

Tentu saja, ritual seperti ini sangat begok. Seringnya, Yoah bercerita kalau dia bermimpi gunung meletus, lahar meluber, jembatan roboh, merambat di jembatan rapuh, dan bencana-bencana lain. Atau.. kerabat keluarga. Minggu kemarin dia pun bilang, kalau dia bermimpi adiknya berubah menjadi adikku -___________-" (*macam sinteron Putri yang Tertukar saja).
Dan lama-lama, aku percaya dia bisa jadi script writer Inception II yang handal. 

Sialnya, jikalau aku selalu antusias mendengar mimpinya, menyahuti dengan serius, mencoba menganalisis dengan ilmiah, dia malah ngakak sepuasnya. Seperti laporanku yang satu ini.

Nut: "Mimpiku panjang banget dan agak buruk."
Yoah: "Hm.."
Nut: "Aku mimpi mau nikah..." *nada getir
Yoah: "Sama?"
Nut: "Indro Warkop."
Yoah: "Buakakakakakakakakakakakakak!" *ngakak guling-guling.
Nut: -_________-" *manyun tingkat tinggi.

Yeah, sudikah kalian menceritakan mimpi kalian, Sobat?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar